Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN Indonesia Power (PLN IP) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) membentuk konsorsium untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi (geothermal).
Kerja sama itu mencakup penandatanganan head of agreement (HoA) pengembangan panas bumi sebesar 530 megawatt (MW) serta pembentukan konsorsium untuk dua proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Ulubelu dan Lahendong.
Direktur Utama PLN IP Bernadus Sudarmanta mengatakan, melalui HoA, kedua perusahaan sepakat menjajaki pengembangan energi panas bumi di berbagai wilayah kerja panas bumi (WKP) dengan total kapasitas indikatif mencapai 530 MW tersebut. Proyek-proyek itu berada dalam status brownfield, yellowfield, dan greenfield.
Menurut Bernadus, pengembangan panas bumi bukan hanya solusi jangka panjang untuk penyediaan energi yang andal dan berkelanjutan, tetapi juga wujud nyata kontribusi BUMN dalam mendukung agenda pembangunan rendah karbon.
"Melalui konsorsium ini, kami memastikan proses pengadaan dan pembangunan dilakukan secara efisien, transparan, dan berorientasi pada hasil,” ungkapnya melalui keterangan resmi dikutip Selasa (19/8/2025).
Bernadus menjelaskan, sebagai tindak lanjut dari HoA, PLN IP dan PGE membentuk konsorsium untuk mengerjakan proyek PLTP Ulubelu Binary Unit berkapasitas 30 MW di Provinsi Lampung dan PLTP Lahendong Binary Unit berkapasitas 15 MW di Sulawesi Utara.
Baca Juga
Saat ini, kedua proyek tersebut dalam proses pengadaan IPP di PT PLN (Persero) dan akan membentuk joint venture company (JVC) setelah menerima surat penunjukkan dari PLN.
Dia menyebut, kedua proyek ini merupakan bagian dari pengadaan pembelian tenaga listrik oleh PLN untuk wilayah Sumatra dan Sulawesi, dan menjadi bukti nyata sinergi BUMN dalam mendukung pengembangan energi baru terbarukan.
Bernadus menambahkan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen kedua perusahaan dalam mendukung target pemerintah menuju Net Zero Emission 2060 dan Enhanced National Determined Contribution (ENDC) 2030, serta memperkuat bauran energi baru terbarukan di Indonesia.
Danantara Bekingi Proyek Panas Bumi
Belakangan, pengembangan proyek panas bumi tengah masif dilakukan pemerintah. Terbaru, BPI Danantara pun agresif memfasilitasi investasi proyek PLTP di Tanah Air.
Belum lama ini, Danantara melalui PT Danantara Asset Management (Persero) memfasilitasi kerja sama strategis antara PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) dalam pengembangan energi panas bumi untuk pembangkit listrik.
Kerja sama ini merupakan bagian dari agenda ketahanan energi nasional dan percepatan transisi menuju energi bersih, serta ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) yang menetapkan kerangka awal kerja sama.
Diperkirakan 19 proyek eksis berkapasitas sekitar 530 MW akan diakselerasi melalui sinergi operasional lintas entitas. Potensi tambahan kapasitas diproyeksikan mencapai 1.130 MW dengan nilai investasi US$5,4 miliar atau setara Rp88,49 triliun (estimasi kurs Rp16.388 per dolar AS).
Dorongan pemerintah untuk mengakselerasi proyek panas bumi nasional bukan kali ini saja. Upaya serupa pun terjadi dalam 10 tahun terakhir. Di era pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko Widodo, isu holding panas bumi sempat merebak.
Salah satu harapan pembentukan holding BUMN panas bumi ini adalah mendorong efisiensi. Sayang, wacana pembentukannya pun menguap.
Kali ini, pemerintah melalui Danantara ingin pengembangan energi panas bumi, merupakan bagian dari agenda strategis nasional, dapat dilakukan dengan akuntabel. Tidak hanya itu, investasi panas bumi juga dapat mendorong kolaborasi lintas BUMN.