Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Energi Lesu, India Lakukan Pembatasan Output Listrik Hijau

India membatasi output listrik hijau saat permintaan rendah untuk stabilitas jaringan, tetapi hal ini memicu kerugian produsen
Ladang panel surya di negara bagian di Gujarat, India pada September 2024./Reuters-Amit Dave
Ladang panel surya di negara bagian di Gujarat, India pada September 2024./Reuters-Amit Dave
Ringkasan Berita
  • Kementerian Energi Baru dan Terbarukan India membatasi pasokan listrik tenaga surya untuk menjaga stabilitas jaringan dan mengurangi antrean pasokan akibat lonjakan produksi energi hijau.
  • Federasi Energi Surya Nasional India melaporkan bahwa pembatasan output energi surya di Rajasthan mencapai 48% pada jam puncak, menyebabkan kerugian pendapatan lebih dari US$26 juta sejak April 2025.
  • Kementerian Energi Federal India mempercepat pembangunan jaringan transmisi dan proyek penyimpanan baterai untuk mendukung energi terbarukan, meskipun proyek tenaga surya yang dilelang menurun 75% secara tahunan hingga Juni 2025.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi Baru dan Terbarukan India mulai membatasi pasokan listrik tenaga surya pada periode permintaan rendah guna menjaga stabilitas jaringan. Kebijakan ini juga ditempuh untuk mengurangi antrean pasokan di saluran listrik seiring lonjakan produksi energi hijau di negara tersebut.

Mengutip jawaban Kementerian kepada Reuters, Senin (18/8/2025), antrean distribusi listrik terjadi akibat beroperasinya sejumlah pembangkit baru yang lebih cepat dari jadwal. Kondisi tersebut diperparah dengan keterlambatan proyek transmisi, sehingga pemerintah terpaksa menerapkan pembatasan output energi (curtailment).

Langkah ini menjadi pukulan terbaru bagi pengembang energi terbarukan India yang kian tertekan karena berkurangnya kontrak pasokan di tengah melambatnya permintaan listrik.

Federasi Energi Surya Nasional India (NSEFI) dalam surat bertanggal 24 Juli kepada kementerian menyebut produsen listrik surya di Rajasthan, negara bagian pemasok energi hijau terbesar, menghadapi curtailment yang panjang dan lebih sering, dengan tingkat mencapai 48% dari total output pada jam puncak produksi.

Menurut NSEFI, para produsen telah kehilangan pendapatan lebih dari US$26 juta sejak April 2025 akibat kebijakan tersebut. Organisasi yang beranggotakan antara lain unit energi hijau konglomerasi India Adani dan Tata, Amazon Web Services, investor Belanda SHV, serta Gentari asal Malaysia itu, menilai curtailment mengancam kelayakan proyek dan mengurangi minat investasi baru.

“Proyek di negara bagian ini sudah ditunda 18–20 bulan untuk mengakomodasi keterlambatan sistem transmisi, tetapi masih belum bisa dioperasikan karena penundaan lebih lanjut,” tulis NSEFI.

Organisasi itu meminta pemerintah mempercepat pembangunan jaringan transmisi dan proyek penyimpanan baterai, yang beberapa di antaranya tertunda hingga dua tahun. Kementerian Energi Federal menyatakan sedang mempercepat pembangunan jalur transmisi antarnegara bagian guna menopang energi terbarukan.

Meski Rajasthan menjadi wilayah paling terdampak, negara bagian lain yang juga memproduksi energi hijau dalam skala besar seperti Tamil Nadu di selatan, Gujarat, dan Maharashtra di barat juga melakukan pembatasan produksi, menurut keterangan empat pejabat industri dan analis.

Data Asosiasi Produsen Energi Terbarukan Tamil Nadu menunjukkan output tenaga surya di negara bagian tersebut kini 10% lebih rendah dari perkiraan pada kuartal II/2025. J Radhakrishnan, juru bicara Departemen Energi Tamil Nadu, mengatakan pembatasan output energi surya dilakukan sebagai langkah terakhir, bahkan listrik batu bara juga ikut dibatasi di tengah rendahnya permintaan.

Produksi energi terbarukan India, terutama tenaga surya, meningkat di laju tertinggi dalam enam bulan per Juni 2025 seiring dengan mulai beroperasinya proyek-proyek lama. Sementara pertumbuhan total produksi listrik relatif datar dibandingkan kenaikan hampir 6% pada 2024.

Namun, proyek tenaga surya yang dilelang dalam tiga bulan hingga Juni turun 75% secara tahunan, dan tender proyek baru menyusut 65% menurut konsultan energi bersih Mercom.

“Penurunan tersebut mencerminkan rekalibrasi sementara, bukan perlambatan,” jelas Kementerian Energi Baru dan Terbarukan, seraya menambahkan bahwa lelang tetap dijalankan sesuai target nasional dan kebutuhan pasar.

Data pemerintah menunjukkan tingkat utilisasi kapasitas tenaga surya turun menjadi 21,4% pada Mei dan 19,5% pada Juni. Kementerian Energi Baru dan Terbarukan India menyebut penurunan ini sebagian disebabkan rendahnya intensitas penyinaran, tetapi memperkirakan utilisasi kapasitas akan berada di kisaran 21–25% sepanjang Februari hingga Juni pada periode mendatang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro