Bisnis.com, JAKARTA — PBB optimistis meski perundingan plastik global INC 5.2 di Jenewa tak mencapai kesepakatan, namun terdapat komitmen sebagian besar negara untuk melindungi lingkungan.
Direktur Eksekutif Program Lingkungan (UNEP) PBB Inger Andersen menuturkan meskipun perundingan plastik global selama 10 hari merupakan perjuangan berat dengan latar belakang kompleksitas geopolitik, tantangan ekonomi, dan ketegangan multilateral, namun semua negara jelas ingin tetap berada di meja perundingan. Sebagian negara telah menyatakan keinginan yang jelas untuk terus terlibat dalam proses tersebut dengan mengakui perbedaan signifikan mereka terkait polusi plastik.
“Meskipun kami tidak mendapatkan teks perjanjian yang kami harapkan, kami di UNEP akan terus berupaya melawan polusi plastik, polusi yang ada di air tanah kita, di tanah, di sungai, di lautan, dan tubuh,” ujarnya dalam keterangan, Selasa (19/8/2025).
Andersen menekankan masyarakat menuntut sebuah perjanjian sehingga diperlukan kerja keras yang akan datang untuk mempertahankan momentum yang dibutuhkan guna menandatangani perjanjian internasional yang mengikat.
Untuk diketahui, delegasi dari 183 negara membuktikan kekuatan dan pentingnya perjanjian yang diusulkan. Adapun perundingan INC-5.2 diadakan setelah perundingan sebelumnya di Busan yang dikenal sebagai INC-5.1, mengumpulkan lebih dari 2.600 peserta di Palais des Nations PBB. Selain sekitar 1.400 delegasi negara, terdapat hampir 1.000 pengamat yang mewakili setidaknya 400 organisasi.
“Tujuan negosiasi ini adalah untuk menyepakati naskah instrumen yang mengikat secara hukum untuk mengakhiri polusi plastik dan menyoroti isu-isu yang belum terselesaikan yang membutuhkan persiapan lebih lanjut menjelang konferensi diplomatik,” katanya.
Baca Juga
Adapun dalam perundingan tersebut dibagi dalam empat kelompok kontak dibentuk untuk membahas isu-isu utama termasuk desain plastik, bahan kimia yang menjadi perhatian, batasan produksi, instrumen keuangan dan kepatuhan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan kekecewaannya belum mencapainya kesepakatan dalam perundingan plastik global. Menurutnya, negosiasi untuk mencapai instrumen internasional yang mengikat secara hukum tentang polusi plastik termasuk di lingkungan laut berakhir tanpa mencapai konsensus. Meskipun telah dilakukan keterlibatan intensif, namun anggota komite negosiasi antar pemerintah tidak dapat mencapai konsensus mengenai naskah yang diusulkan.
“Saya menyambut baik tekad negara-negara untuk terus berupaya mengatasi polusi plastik dan tetap terlibat dalam prosesnya, bersatu dalam tujuan, untuk mewujudkan perjanjian yang dibutuhkan dunia guna mengatasi tantangan monumental ini bagi manusia dan lingkungan,” ucapnya.
Ketua INC Luis Vayas Valdivieso menuturkan kegagalan mencapai tujuan yang ditetapkan sendiri dapat membawa kesedihan dan bahkan frustrasi. Namun, hal itu seharusnya tidak berujung pada keputusasaan.
“Sebaliknya, hal itu seharusnya memacu kita untuk memulihkan energi, memperbarui komitmen, dan menyatukan aspirasi kita. Hal itu belum terjadi di Jenewa, tetapi saya yakin akan tiba saatnya komunitas internasional akan menyatukan tekad dan bergandengan tangan untuk melindungi lingkungan kita dan menjaga kesehatan rakyat kita,” tuturnya.
Proses INC dimulai pada Maret 2022 ketika Majelis Lingkungan PBB mengesahkan resolusi 5.2 untuk mengembangkan instrumen internasional yang mengikat secara hukum tentang polusi plastik, termasuk di lingkungan laut.
“Tantangan yang akan datang dan komitmen bersama yang diperbarui untuk mengatasinya. Kemajuan kini harus menjadi kewajiban,” ujar Luis.