Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manuver BlackRock di Saham-Saham EBT ADRO, BREN dan PGEO pada Awal Semester II/2025

BlackRock mengatur ulang portofolio saham energi terbarukan di ADRO, BREN, dan PGEO pada semester II/2025, di tengah tekanan politik AS dan kebijakan energi Indonesia.
Kantor BlackRock di New York./Bloomberg-Michael Nagle
Kantor BlackRock di New York./Bloomberg-Michael Nagle
Ringkasan Berita
  • BlackRock mengurangi kepemilikan saham di PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), tetapi meningkatkan portofolio di PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) pada awal semester II/2025.
  • ADRO mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih pada kuartal I/2025, sementara BREN mencatat peningkatan pendapatan dan laba bersih pada semester I/2025.
  • PGEO mengalami kenaikan pendapatan tetapi penurunan laba bersih pada semester I/2025, dengan skor environmental, social and governance (ESG) yang tinggi di sektor utilitas.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Arah investasi investor kakap di saham-saham dengan eksposur energi terbarukan masih berada di persimpangan, terlebih dengan tekanan politik dari Partai Republik yang dipimpin Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap strategi investasi berkelanjutan.

Belum lama ini, Trump bahkan mengeluarkan perintah eksekutif untuk mengakhiri subsidi pada proyek energi terbarukan berbasis angin dan surya. Perintah eksekutif tersebut memerintahkan Departemen Keuangan AS untuk mengimplementasikan penghapusan insentif pajak terhadap proyek-proyek energi angin dan surya.

Selain itu, Departemen Dalam Negeri juga diminta untuk meninjau dan merevisi kebijakan yang selama ini memberi preferensi terhadap energi terbarukan dibandingkan sumber energi lainnya.

Berbeda dengan pemerintahan Trump, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025–2034 yang dirilis pada akhir Mei 2025 justru mencerminkan target ambisius pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Ambisi ini tecermin dari dominasi energi baru terbarukan (EBT) dalam struktur rencana penambahan listrik baru. Dari total kapasitas 69,5 gigawatt (GW) yang diharapkan bertambah dalam sedekade ke depan, 76% di antaranya berasal dari sumber energi terbarukan.

Beragam sinyal dari dalam dan luar negeri ini tak pelak mempengaruhi manuver investasi BlackRock. Perusahaan investasi dengan aset terbesar di dunia itu memang terkesan menjaga jarak dengan investasi berlabel ‘hijau’, terutama sejak keputusan hengkang dari kelompok investasi iklim Net Zero Asset Managers Initiative (NZAMI) pada Januari 2025.

Meski demikian, BlackRock terpantau masih menjaga portofolionya di saham-saham dengan lini bisnis utama di energi terbarukan. Data Bloomberg Terminal memperlihatkan bahwa BlackRock mengoleksi saham emiten-emiten di sektor energi baru terbarukan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berikut ulasan pergerakan BlackRock pada awal semester II/2025 di tengah dinamika pasar yang berlanjut.

PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO)

BlackRock tercatat masih mempertahankan kepemilikan saham di emiten milik Garibaldi ‘Boy’ Thohir PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO), meski volume yang dikempit pada awal Agustus 2025 cenderung turun dari posisi akhir Juli 2025.

Kepemilikan BlackRock di ADRO terpantau berada di angka 565,05 juta per 5 Agustus 2025, lebih rendah dari posisi akhir Juli 2025 sebesar 566,40 juta lembar saham. Namun, posisi pada akhir Juli 2025 sejatinya melanjutkan tren pertumbuhan, dari 557,90 juta lembar saham per Mei 2025, kemudian 558,36 juta per Juni 2025.

Bagaimanapun, volume saham ADRO yang dikoleksi BlackRock pada awal semester II/2025 juga masih jauh di bawah posisi akhir kuartal I/2025 yang mencapai 580,42 juta lembar.

Adapun average cost basis per share atau modal rata-rata yang dirogoh BlackRock untuk mengakumulasi saham ADRO adalah sebesar Rp1.102,52 per lembar. Sementara itu, harga saham ADRO parkir di Rp1.860 per lembar pada penutupan perdagangan Rabu (6/8/2025), turun 23,46% secara year to date (YtD).

Dari sisi kinerja, ADRO mencetak penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih per kuartal I/2025. ADRO membukukan pendapatan usaha sebesar US$381,6 juta atau setara Rp6,32 triliun. Pendapatan ini turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar 22,3% atau sebesar US$491,3 juta. 

Penjualan batu bara ke pihak ketiga berkontribusi sebesar US$109,2 juta terhadap pendapatan, sementara  jasa pertambangan sebesar US$169,5 juta. 

Turunnya pendapatan ADRO juga turut membuat beban pokok pendapatan ADRO turun 4,9% menjadi US$271,2 juta, dari sebelumnya sebesar US$285,2 juta secara tahunan. 

Meski demikian, laba bruto ADRO tercatat tetap ambrol hingga 46,4% menjadi US$110,3 juta, dari US$206 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Alhasil, laba bersih ADRO tergerus hingga 79,5% menjadi US$76,6 juta atau setara Rp1,27 triliun pada kuartal I/2025. Laba bersih ini turun secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$374,3 juta. 

PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN)

Data Bloomberg Terminal memperlihatkan bahwa BlackRock rutin mengoreksi kepemilikan sahamnya di emiten Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN). Setelah sempat memborong 59,06 juta saham selama April 2025 sehingga kepemilikannya menembus 134,21 juta lembar, kini kepemilikan BlackRock di saham BREN per awal Agustus 2025 tersisa 90,68 juta lembar.

BlackRock secara bertahap mengurangi saham BREN dalam kurun Mei–Agustus 2025, seiring dengan tren penurunan harga saham yang berlanjut. Saham BREN terpantau parkir di harga Rp7.225 per lembar pada 6 Agustus 2025, turun 22,10% sepanjang 2025.

Terlepas dari perkembangan ini, BlackRock yang bermarkas di New York itu masih menempati peringkat teratas investor asing pemegang saham BREN.

Kinerja BREN di atas kertas juga memperlihatkan hasil positif. Pendapatan perusahaan mencapai US$300,07 juta atau setara Rp4,8 triliun pada semester I/2025, naik 3,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$290,07 juta. 

Peningkatan pendapatan ini didorong oleh pemulihan produksi panas bumi pascapemeliharaan tidak terencana di Darajat pada tahun lalu, serta kontribusi penuh dari unit Salak Binary yang baru beroperasi. Hal ini berhasil mengimbangi penurunan produksi dari segmen angin.

Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk BREN juga naik menjadi US$65,46 juta atau setara Rp1,06 triliun. Capaian laba bersih ini meningkat 12,96% dari US$57,9 juta pada semester I/2024.

Dengan torehan laba bersih dan pendapatan tersebut, net profit margin (NPM) atau rasio laba bersih terhadap pendapatan BREN pada semester I/2025 bertengger di angka 21,81%. Rasio ini naik dari catatan pada semester I/2024 di angka 19,97%.

CEO Barito Renewables Hendra Soetjipto Tan menjelaskan bahwa BREN mencatat kinerja solid. Meskipun segmen angin mencatatkan penurunan produksi, kinerja panas bumi menunjukkan hasil yang kuat setelah normalisasi operasional Darajat dan kontribusi tambahan dari Salak Binary. 

“Disiplin biaya yang konsisten dan strategi keuangan kami telah menghasilkan perluasan margin dan peningkatan laba. Ke depan, kami akan tetap fokus pada ekspansi kapasitas terpasang untuk mendukung transisi Indonesia menuju sistem energi rendah karbon,” ujar Hendra akhir Juli 2025.

Hendra juga melaporkan kemajuan dalam pengembangan unit panas bumi baru di Salak dan Wayang Windu. Kedua unit ini ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada akhir 2026. Selain itu, program retrofit juga sedang berjalan di Salak, Wayang Windu, dan Darajat, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pembangkit, memperpanjang umur aset, dan mengoptimalkan output dari infrastruktur yang ada. 

Perseroan juga memperkirakan kinerja yang lebih baik dari segmen angin pada paruh kedua tahun ini, seiring dengan meningkatnya kecepatan angin secara musiman. Dengan ketersediaan sumber daya yang lebih baik, segmen angin diharapkan dapat memberikan kontribusi produksi yang lebih optimal dalam portofolio energi BREN pada kuartal-kuartal mendatang.

PT Pertamina Geothermal Tbk. (PGEO)

Kontras dengan berkurangnya kepemilikan di BREN, BlackRock justru mulai kembali memperbesar portofolionya di emiten panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO). Per awal Agustus 2025, total saham PGEO yang dikoleksi BlackRock berjumlah 9,92 juta lembar saham.

Meski jumlah tersebut tak berubah sejak April 2025, tetapi kepemilikan ini naik daripada posisi akhir kuartal I/2025 di 8,10 juta lembar maupun akhir 2024 yang hanya di angka 7,14 juta lembar.

Dari lantai bursa, saham PGEO terakhir dibanderol di harga Rp1.605 per lembar pada penutupan perdagangan Rabu (6/8/2025). Level harga tersebut mencerminkan kenaikan 71,66% YtD.

Berdasarkan laporan Sustainalytics, perusahaan asal Amsterdam yang menilai level keberlanjutan perusahaan terbuka, nilai environmental, social and governance (ESG) teranyar PGEO berada di angka 7,1. Angka itu menempatkan PGEO sebagai perusahaan dengan skor ESG teratas di antara 618 perusahaan di sektor utilitas. Secara keseluruhan, PGEO menempati peringkat 45 dari 14.368 korporasi dunia yang diperingkat Sustainalytics.

Berdasarkan laporan keuangannya, PGEO membukukan pendapatan sebesar US$204,85 juta, atau setara dengan Rp3,3 triliun per semester I/2025. Pendapatan ini naik 0,53% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$203,77 juta. 

Di sisi lain, laba bersih PGEO tercatat tergerus hingga 28,37% secara tahunan menjadi US$68,93 juta atau setara Rp1,1 triliun. Laba bersih ini turun dari US$96,25 juta dibandingkan dengan semester I/2024.

Menyusutnya laba bersih PGEO salah satunya ditekan oleh kenaikan beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya sebesar 7,34% year-on-year (YoY) menjadi US$83,49 juta. Selain itu, PGEO juga membukukan rugi selisih kurs US$13,44 juta pada semester I/2025 dari posisi laba selisih kurs US$16,82 juta per 30 Juni 2024.

Dengan torehan laba bersih dan pendapatan tersebut, PGEO mencatat NPM sebesar 33,64% atau lebih rendah daripada margin pada paruh pertama 2024 sebesar 47,23%.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro