Bisnis.com, JAKARTA — Studi bank sentral Afrika Selatan, South African Reserve Bank, menunjukkan bahwa perbankan di negara tersebut makin berhati-hati menyalurkan kredit, seiring dengan meningkatnya risiko gagal bayar (default) akibat kejadian cuaca ekstrem.
Laporan yang dirilis pada Senin (18/8/2025) itu menganalisis 38 bank pada periode 2009–2024 dan menemukan bahwa pertumbuhan kredit melambat setelah terjadinya guncangan iklim, seperti banjir dan kekeringan, dan juga setelah implementasi pajak karbon pada 2019.
Mengutip Reuters, temuan ini sejalan dengan tren global di Eropa, Amerika Serikat, dan Brasil. Perbankan di kawasan-kawasan ini tengah menghadapi tekanan keuangan akibat perubahan iklim dan regulasi penurunan emisi karbon.
Tren ketatnya penyaluran kredit ini terjadi ketika dunia usaha makin membutuhkan pembiayaan untuk beradaptasi dengan tantangan iklim sekaligus melakukan transisi menuju ekonomi rendah karbon.
“Kondisi ini berpotensi menunda transisi ke ekonomi rendah karbon dan meningkatkan kerentanan perusahaan terhadap gangguan iklim di masa depan,” tulis peneliti dalam studi tersebut.
Riset tersebut mencakup bank-bank besar Afrika Selatan seperti Standard Bank, FirstRand, Absa, Nedbank, dan Capitec, serta bank asing yang beroperasi di sana, termasuk Citi, HSBC, dan Bank of China.
Baca Juga
South African Reserve Bank mencatat bahwa perbankan mengurangi penyaluran pinjaman karena gangguan iklim telah meningkatkan risiko gagal bayar, sekaligus menurunkan nilai agunan, sementara kebijakan pajak karbon menekan profitabilitas korporasi.
Laporan ini dirilis bersamaan dengan kepemimpinan Afrika Selatan dalam presidensi G20 tahun ini, di mana isu pembiayaan iklim menjadi fokus utama. Otoritas setempat menyerukan dukungan internasional yang lebih kuat agar negara berkembang dapat menghadapi guncangan iklim tanpa harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi.
“Menemukan keseimbangan antara pengawasan kehati-hatian dan penyediaan kredit yang memadai akan sangat krusial untuk memastikan ketahanan iklim dan pertumbuhan ekonomi berjalan seiring, khususnya bagi negara berkembang seperti Afrika Selatan,” demikian kesimpulan laporan bank sentral Afrika Selatan.