Bisnis.com, JAKARTA - Para perunding iklim berhasil mencapai terobosan pada hari pertama KTT iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, dengan menyetujui peraturan pasar karbon global yang dikelola PBB.
Mengutip Bloomberg pada Selasa (12/11/2024), para pendukung peraturan berpendapat bahwa pasar baru ini akan menjadi standar emas dalam perdagangan emisi, sehingga membuka miliaran dolar pendanaan untuk proyek-proyek mitigasi emisi di negara-negara berkembang.
Sementara itu, pembeli yang sebagian besar di negara-negara kaya, akan mampu mencapai tujuan iklim mereka dengan membeli kredit dari proyek-proyek yang mengurangi polusi.
Peraturan yang diberi nama “Pasal 6.4” yang diambil dari usulan awal Perjanjian Paris tahun 2015, menetapkan bagaimana negara-negara harus memperdagangkan kredit karbon melalui pasar yang dioperasikan oleh PBB.
Dokumen-dokumen tersebut mengalami kemacetan dalam beberapa tahun terakhir karena ketidaksepakatan mengenai integritasnya, atau bagaimana memastikan bahwa pengurangan emisi yang dijanjikan merupakan tambahan dan dapat diverifikasi dengan mudah.
Presiden COP29, Mukhtar Babayev, mengatakan pada sesi pembukaan bahwa kesepakatan akhir mengenai Pasal 6 sudah lama tertunda. Dia mengatakan, kesepakatan ini penting untuk memastikan bahwa melindungi planet ini ada gunanya.
Baca Juga
Adapun, para negosiator masih perlu menyepakati aturan Pasal 6.2, yang menetapkan kerangka kerja perdagangan bilateral.
“Dengan mencocokkan pembeli dan penjual secara efisien, pasar tersebut dapat mengurangi biaya penerapan NDC sebesar US$250 miliar per tahun. Di dunia di mana setiap dolar berarti, hal ini sangatlah penting," kata Babayev.
NDC, atau kontribusi yang ditentukan secara nasional, adalah rencana yang diajukan masing-masing negara untuk memenuhi target global yang ditetapkan dalam perjanjian Paris.
Sementara itu, kelompok aktivis iklim ragu-ragu dalam menyambut peraturan baru tersebut, yang menurut mereka masih memiliki masalah signifikan. Carbon Market Watch mengatakan bahwa salah satu isu utama adalah bagaimana proyek menghadapi apa yang disebut risiko pembalikan, yaitu ketika karbon yang tersimpan bocor kembali ke atmosfer, misalnya melalui kebakaran.
Isa Mulder, pakar kebijakan pasar karbon global untuk Carbon Market Watch menyebut, memulai COP29 dengan kesepakatan rahasia merupakan preseden buruk bagi transparansi dan tata kelola yang baik.
“Jika teks-teks ini dapat diadopsi dengan cara ini, di mana kita bisa menarik batasannya?" kata Mulder.