Bisnis.com, JAKARTA — Financial Conduct Authority (FCA) Inggris menyatakan bank dan peminjam tampaknya telah melakukan perbaikan yang signifikan setelah 2 tahun memperingatkan risiko greenwashing di pasar pinjaman terkait keberlanjutan.
Direktur Isu Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola FCA Sacha Sadan mengatakan pasar pinjaman terkait keberlanjutan (sustainability linked loans/SLL) telah mengembangkan praktik yang lebih baik dan struktur produk yang lebih tangguh. Menurutnya, target yang lebih tepat dan peran yang lebih jelas bagi bank yang menyusun kesepakatan semacam itu sebagai contoh perbaikan.
Berdasarkan data BloombergNEF, penerbitan SLL mencapai puncaknya pada 2021 sebelum menurun di tengah tuduhan greenwashing dan menurunnya minat terhadap strategi ESG. Namun, dengan penerbitan hampir US$2 triliun hingga saat ini, SLL tetap menjadi kategori produk utang berkelanjutan terbesar kedua setelah obligasi hijau.
Pinjaman yang terkait dengan keberlanjutan seharusnya menciptakan insentif bagi peminjam korporat untuk mencapai tujuan ESG, seperti mengurangi emisi gas rumah kaca. Biasanya, peminjam diberi imbalan berupa biaya bunga yang lebih rendah jika mencapai target yang ditentukan.
FCA tidak secara langsung mengawasi SLL. Namun, pada 2023, FCA memiliki kekhawatiran tentang integritas pasar. Regulator tersebut menyoroti potensi konflik kepentingan, kurangnya kepercayaan dan integritas, serta rendahnya ambisi dan desain yang buruk dari beberapa indikator kinerja utama SLL.
Dalam suratnya tertanggal 14 Agustus, Sadan mengatakan pasar telah bergeser dari banyak target kinerja keberlanjutan yang terpisah-pisah menjadi dua atau tiga target yang material dan signifikan secara strategis.
Baca Juga
"KPI yang menentukan kinerja peminjam terhadap targetnya kini umumnya lebih relevan," katanya.
Para peminjam juga menghapus label SLL dari pinjaman yang ada jika mereka melanggar ketentuan atau jika pinjaman tersebut tidak lagi memenuhi kriteria bank. Menurutnya, masih ada hambatan untuk meningkatkan skala pasar SLL dan kekhawatiran tentang insentif, tetapi perbaikan yang diamati merupakan langkah penting dalam pengembangan ekosistem pembiayaan transisi yang kredibel.
"Meningkatkan standar dapat membantu menetapkan SLL sebagai instrumen yang layak untuk mendukung tujuan keberlanjutan peminjam, meskipun hal itu dapat mengurangi volume dalam jangka pendek dengan menyaring SLL yang terstruktur dengan buruk," ucapnya.
Pihaknya tak menampik beberapa bank telah menolak untuk mendukung klien dalam menyusun SLL ketika target yang diusulkan tampak tidak ambisius atau tidak material bagi model bisnis peminjam. Dia mendorong bank untuk tetap waspada terhadap potensi konflik kepentingan mengingat potensi hubungan klien secara tidak proporsional mendorong keputusan bank untuk memberikan SLL kepada klien.