Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Kamar Hotel dan Akomodasi Ancam Nasib Negosiasi Iklim COP30 di Brasil

Krisis akomodasi mengancam COP30 di Belem, Brasil, dengan harga hotel melonjak dan ketersediaan terbatas, memicu kekhawatiran partisipasi negara miskin.
Parque da Cidade, lokasi utama konferensi iklim COP30 di Belem, Brasil, dalam proses pembangunan pada Mei 2025./Bloomberg-Alessandro Falco
Parque da Cidade, lokasi utama konferensi iklim COP30 di Belem, Brasil, dalam proses pembangunan pada Mei 2025./Bloomberg-Alessandro Falco
Ringkasan Berita
  • Krisis logistik dan keterbatasan akomodasi di Belem, Brasil, mengancam pelaksanaan konferensi iklim COP30, dengan harga kamar hotel yang melonjak drastis.
  • Brasil menolak memindahkan lokasi konferensi meskipun ada kekhawatiran dari berbagai negara, dan berencana menambah opsi akomodasi untuk mengatasi masalah ini.
  • Keputusan untuk mengadakan COP30 di Belem bertujuan untuk menyoroti pentingnya hutan Amazon, meskipun menghadapi tantangan infrastruktur dan logistik yang signifikan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Perundingan selama konferensi iklim COP30 di Brasil November mendatang terancam di tengah bayang-bayang krisis logistik yang dihadapi tuan rumah.

Kurang dari 100 hari menjelang pertemuan akbar itu, Brasil justru mendapat sorotan dari sejumlah negara karena kekhawatiran akan ketersediaan kamar hotel yang terbatas dan biaya akomodasi yang melambung. Belem, kota tuan rumah, memang ditunjuk karena kedekatannya dengan hutan Amazon, bukan karena infrastruktur pariwisatanya.

Di tengah isu ini, Sekretariat PBB yang membantu penyelenggaraan COP30 menyatakan bahwa pertemuan yang dijadwalkan Kamis (14/8/2025) untuk membahas masalah akomodasi ditunda tanpa jadwal baru yang jelas.

Sementara itu, dalam surat setebal 19 halaman yang ditinjau Bloomberg News, Brasil menolak wacana pemindahan lokasi penyelenggaraan.

“Tidak akan ada lokasi alternatif, COP30 tidak akan dipindahkan dari Belem,” tulis surat tersebut. Penyelenggara mengklaim ketersediaan tempat tidur di kota itu memadai untuk menampung seluruh peserta.

Surat itu memuat jawaban atas 48 pertanyaan dari berbagai delegasi nasional, hampir setengahnya terkait kekhawatiran soal tingginya harga dan minimnya ketersediaan akomodasi. Juru bicara COP30 menolak memberi konfirmasi soal isi surat tersebut.

Per 8 Agustus, penyelenggara memetakan 53.000 tempat tidur yang tersedia di Belem dan sekitarnya. Perinciannya, 14.547 di hotel, 6.000 tempat tidur di dua kapal pesiar, 10.004 di hunian sewa melalui agen properti, dan 22.452 lewat Airbnb. Pemerintah menyatakan akan menambah opsi akomodasi melalui platform pemesanan resmi BNetwork dan Qualitours.

Harga akomodasi di Belem memang melonjak melampaui tarif hotel mewah di Rio de Janeiro. Sebagai contoh, biaya penyewaan apartemen satu kamar “Doce Lar” di Belem selama 11 hari penyelenggaraan KTT iklim tercatat menembus 1,4 juta real atau sekitar US$267.380 di Booking.com. Sementara itu, kamar dengan tempat tidur ukuran king dan pemandangan laut di Copacabana Palace, Rio de Janeiro dibanderol di harga 96.223 real.

Kenaikan harga signifikan ini dikhawatirkan bakal menutup akses keikutsertaan negara miskin. Adapun paket khusus dengan tarif lebih rendah telah diamankan untuk delegasi negara kepulauan kecil dan negara termiskin. Paket ini yang mencakup lebih dari sepertiga anggota PBB.

Pemerintah Brasil menjanjikan 15 kamar tunggal per delegasi dengan harga US$100–US$200 per malam untuk kelompok tersebut. Negara lain dijamin 10 kamar tunggal per delegasi, dengan tarif US$200–US$600 per malam.

“Brasil adalah negara demokrasi dengan ekonomi pasar, yang membatasi intervensi terhadap jaringan hotel, properti pribadi, dan situs perantara penyewaan,” tulis penyelenggara.

Menteri Pariwisata Brasil, Celso Sabino, dalam tanggapan di media sosial menyebutkan bahwa bahwa perbandingan harga harus dilakukan dengan seimbang. Misalnya dengan harga akomodasi di Rio ketika perayaan tahun baru.

“Menyedihkan melihat orang berharap Belem gagal. Kita harus membuat perbandingan secara adil dan kontekstual.”

Namun, jawaban pemerintah sejauh ini belum banyak meyakinkan peserta. Terlebih, masalah logistik makin menghambat pembahasan agenda dan berisiko menggagalkan visi awal menjadikan Belem sebagai tuan rumah, yakni untuk menghadirkan lebih banyak suara beragam termasuk komunitas adat.

“Krisis logistik seperti ini adalah kebalikan dari COP yang inklusif. COP ini berisiko menjadi yang paling eksklusif dalam sejarah konvensi iklim PBB,” kata Claudio Angelo, Koordinator Kebijakan Internasional Observatório do Clima. Ia memperingatkan hambatan ini dapat menggerus legitimasi kesepakatan yang dihasilkan jika membatasi partisipasi pihak yang tidak mampu secara finansial.

Presiden COP30 André Corrêa do Lago mengakui isu ini telah menjadi masalah politik.

“Kami mulai membahas akomodasi karena ini sudah menjadi isu politik. Dampaknya nyata terhadap negosiasi, dan ini tidak bisa dihindari,” ujarnya awal Agustus.

Keputusan untuk menggelar COP30 di Belem datang langsung dari Presiden Luiz Inácio Lula da Silva. Dia tercatat menolak opsi kota besar seperti São Paulo atau Rio.

“Kami memutuskan menggelar COP di Belem agar orang bisa melihat sendiri seperti apa Amazon sebenarnya,” ujar Lula pekan lalu di Brasília.

Menghadapi tantangan infrastruktur, Brasil memutuskan membagi jadwal COP30. KTT pemimpin dunia akan digelar dua hari sebelum pembicaraan utama pada 5 November, sementara negosiasi resmi dimulai 11 November, guna mengurangi beban akomodasi bagi kepala negara dan tim mereka.

Asosiasi Industri Perhotelan Brasil di Pará menyatakan akan memprioritaskan delegasi COP. Mereka juga mengecam adanya kampanye penolakan Belem. Organisasi itu menawarkan 535 kamar di hotel bintang lima dengan tarif US$100–US$300 per malam, serta mendorong delegasi untuk berbagi kamar.

Ketua asosiasi Tony Santiago mengakui tarif hotel naik rata-rata tiga hingga empat kali lipat, meski Corrêa do Lago menyebut kenaikannya 10–15 kali lipat. Tony menambahkan, harga ekstrem kini mulai turun karena banyak kamar belum terjual. 

Ada prasangka terhadap Belem, terhadap Amazon. Orang berpikir COP harus di hotel mewah penuh kenyamanan. Itu munafik. Kalau bicara iklim, Anda harus datang ke Amazon, melihat hutan, merasakan udaranya,” kata Santiago.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro