Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negara-negara di Asean Diminta Prioritas Lingkungan dalam Perundingan Plastik Global

Aliansi nirlaba Asia Tenggara mendesak negara-negara ASEAN prioritaskan lingkungan dalam perundingan plastik global di Jenewa untuk akhiri polusi plastik.
Sampah plastik dengan volume 12 juta ton dibuang ke lautan setiap tahunnya./The Ocean Story via UN News - Vincent Kneefel
Sampah plastik dengan volume 12 juta ton dibuang ke lautan setiap tahunnya./The Ocean Story via UN News - Vincent Kneefel

Bisnis.com, JAKARTA — Aliansi lembaga nirlaba di Asia Tenggara menyerukan kepada pemerintah negara-negara di Asean untuk mengutamakan lingkungan dan kesehatan di perundingan perjanjian plastik global yang tengah berlangsung di Jenewa, Swiss.

Pendiri Nexus3 Foundation dan Anggota Aliansi Zero Waste Indonesia Yuyun Ismawati mengatakan seiring negosiasi hampir mencapai tahap akhir, pihaknya mendesak para delegasi untuk mengingat mandatnya mengakhiri polusi plastik dan melindungi kesehatan manusia serta lingkungan di sepanjang siklus hidup plastik.

Menurutnya, negosiasi menuju perjanjian plastik global untuk mengakhiri polusi plastik pekan ini memasuki titik penentuan.

Sejumlah negara di Asia Tenggara telah menunjukkan ambisi besar mengajukan proposal untuk mengurangi produksi plastik, menghapus bahan kimia beracun, meningkatkan transparansi dan keterlacakan bahan kimia, serta mempromosikan sistem guna ulang, isi ulang, perbaikan, dan pengurangan plastik bebas racun.

"Ambisi itu masih menunggu dukungan lebih lanjut," ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Rabu (13/8/2025). 

Yuyun menilai meski ada konsensus yang luas, negara-negara besar produsen petrokimia serta 234 perwakilan industri petrokimia dan bahan bakar fosil melakukan lobi besar-besaran, untuk memperlambat negosiasi dan menyepakati perjanjian lemah yang hanya berfokus pada pengelolaan sampah.

"Kita tidak bisa melanjutkan produksi dan konsumsi plastik yang tidak berkelanjutan. Membatasi produksi plastik, mengendalikan bahan kimia beracun, dan mengurangi subsidi untuk produsen plastik adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan ini," katanya.

Koordinator Nasional Ecowaste Coalition Filipina Ailee Lucero mendorong seluruh negosiator pemerintah terutama yang berasal dari Asia Tenggara untuk memanfaatkan momentum itu untuk mengutamakan lingkungan.

Hal itu mengingat Asia Tenggara kini berada di persimpangan jalan, dengan peningkatan produksi plastik baru akan membahayakan lingkungan, tidak hanya potensi pencemaran air dan udara tapi juga mikroplastik yang bisa masuk ke tubuh manusia.

"Kami memohon kepada semua negosiator pemerintah untuk memanfaatkan momentum ini, mencegah pelobi korporasi membajak negosiasi, menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan menyediakan mekanisme pembiayaan serta kepatuhan yang kuat untuk memastikan implementasi yang efektif," ucapnya.

Konferensi itu sendiri dihadiri oleh perwakilan delegasi dari lebih dari 175 negara. Dalam pembahasannya, INC berencana untuk menghasilkan instrumen yang mengikat secara internasional (internationally legally binding instrument) terkait pengelolaan plastik dari hulu hingga penanganan sampahnya di hilir.

Tidak hanya lembaga nirlaba Indonesia, delegasi Indonesia sendiri hadir atas berbagai perwakilan kementerian dan akademisi termasuk Kementerian Lingkungan Hidup.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro