Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Singapura Sebut Aksi Iklim Hadapi Kendala Ketidakpastian Global

Singapura mendesak perusahaan-perusahaan publik untuk membuat target iklim yang lebih ketat.
Ekonomi hijau dan transisi energi/ilustrasi
Ekonomi hijau dan transisi energi/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Aksi untuk mengatasi perubahan iklim menghadapi kondisi global yang paling tidak pasti sejak Perjanjian Paris disepakati pada tahun 2015. 

Wakil Perdana Menteri Singapura Gan Kim Yong mengatakan pergeseran geopolitik dan meningkatnya ketidakpastian perdagangan serta ekonomi menghadirkan tantangan yang signifikan dalam mengatasi perubahan iklim.

"Upaya dekarbonisasi terdampak seiring para pemberi pinjaman mempertimbangkan kembali pendekatan dan dengan pendukung institusional aksi iklim lainnya yang menilai kembali komitmen mereka," ujarnya dilansir Bloomberg, Rabu (9/7/2025). 

Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia telah mundur dari komitmen pengurangan emisi, negara-negara telah menunda rencana untuk memperbarui target hijau nasional, dan dana ESG mengalami arus keluar yang memecahkan rekor. Strategi untuk mendukung aksi iklim telah terhambat oleh imbal hasil yang lemah, kelelahan regulasi, dan gelombang oposisi politik terutama dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump. 

Singapura mendesak perusahaan-perusahaan publik untuk membuat target iklim yang lebih ketat. Pada bulan Februari, Singapura menetapkan rencana yang lebih ambisius untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga tahun 2035, meskipun memperingatkan bahwa kemajuan akan membutuhkan pengembangan teknologi baru yang berkelanjutan dan impor listrik bersih.

"Target yang diperbarui mendukung ambisi negara-kota tersebut untuk mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad ini dan untuk mengembangkan ekonomi rendah karbon yang kompetitif yang mendorong investasi dan inovasi hijau," kata Gan.

Chief Sustainability Officer Singapura Gillian Tan menuturkan transisi rendah karbon di Asia Tenggara terus menghadirkan peluang ekonomi yang signifikan.

Adapun sekitar 1,1 triliun dolar Singapura atau setara US$860 pembiayaan mungkin diperlukan selama dekade mendatang bagi sektor kelistrikan di kawasan tersebut untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan, meningkatkan jaringan, dan menambah sistem penyimpanan baterai.

Temasek Holdings Pte meningkatkan nilai total portofolio investasinya dalam solusi keberlanjutan dan transisi iklim sebesar 2 miliar dolar Singapura menjadi 46 miliar dolar Singapura pada tahun fiskal 2025 dari 12 bulan sebelumnya. Investasi yang disebut-sebut selaras dengan tren kehidupan berkelanjutan menyumbang 11% dari nilai portofolio bersih Temasek.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper