Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dukung ESG, Bank DBS Beri Kredit US$10 Juta ke Emiten Tekstil Indo Rama (INDR)

Bank DBS dan Indorama menandatangani kredit sebesar US$10 juta tahun lalu, salah satunya untuk mendanai transisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara.
Logo Bank DBS./DBS.com
Logo Bank DBS./DBS.com

Bisnis.com, JAKARTA — Bank DBS Indonesia memberikan fasilitas kredit berbasis keberlanjutan atau sustainability-linked trade facility (SLTF) kepada PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR).

Indorama merupakan emiten produsen benang pintal dan poliester terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten tekstil itu merupakan anak usaha dari Indorama Corporation Pte. Ltd, Singapura (Indorama). 

Bank DBS dan Indorama telah menandatangani fasilitas kredit sebesar US$10 juta pada tahun lalu, untuk memfasilitasi transisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara serta meningkatkan efisiensi energi di pabrik Purwakarta. 

Presiden Direktur Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong mengatakan pihaknya berdedikasi untuk menyediakan solusi perbankan yang dapat diandalakan bagi perusahaan-perusahaan yang mencari mitra tepercaya untuk pertumbuhan, terutama dalam transisi menuju praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan. 

“Komitmen kami untuk mendukung perjalanan keberlanjutan klien kami tercermin oleh peluncuran fasilitas sustainablity-linked trade untuk Indorama,” kata Lim Chu Chong lewat siaran pers, Rabu (15/1/2025).

Sementara itu, Managing Director and Group Chief Financial Officer Indorama Vishnu Baldwa mengatakan perseroannya menilai positif kemitraan jangka panjang dengan Bank DBS Indonesia. 

“Dalam inisiatif perdana ini, fasilitas ini tidak hanya mendukung kebutuhan pembiayaan perdagangan kami, tetapi juga mendorong komitmen dalam mencapai peningkatan ESG yang terukur di seluruh aspek operasional kami,” kata Vishnu. 

Sampai akhir September 2024, INDR mencatatkan rugi sebesar US$9,67 juta atau susut hampir setengahnya dari posisi rugi periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$17,6 juta. 

Adapun, pendapatan INDR pada periode 9 bulanan 2024 relatif tumbuh ke level US$414,52 juta, dari posisi periode tahun sebelumnya di angka US$398,75 juta. 

Hanya saja, beban pokok pendapatan INDR cenderung mengalami peningkatan ke angka US$414,51 juta, dari posisi periode sebelumnya di angka US$407,91 juta. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper