Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BHP Pimpin Konsorsium Global untuk Kajian Peluang CCUS Skala Besar di Asia

BHP memimpin konsorsium global untuk studi CCUS di Asia, fokus pada pengurangan emisi karbon di industri baja, dengan hasil studi dijadwalkan pada 2026.
Salah satu pabrik pengolahan baja di Kawasan Industri Morowali/imip.co.id
Salah satu pabrik pengolahan baja di Kawasan Industri Morowali/imip.co.id
Ringkasan Berita
  • BHP memimpin konsorsium global untuk mengeksplorasi peluang carbon capture, utilisation and storage (CCUS) di Asia, melibatkan perusahaan-perusahaan besar seperti ArcelorMittal dan Hyundai Steel.
  • Studi prakelayakan selama satu tahun akan fokus pada potensi pengembangan proyek CCUS skala besar di Asia, dengan tujuan mendukung pemanfaatan kembali atau penyimpanan karbon dioksida yang ditangkap.
  • Konsorsium akan mengevaluasi cara menurunkan biaya dan risiko melalui infrastruktur bersama, meskipun tantangan biaya dan regulasi masih menjadi hambatan di banyak pasar Asia.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA —  BHP, perusahaan tambang terbesar di dunia asal Australia, akan memimpin konsorsium global produsen baja untuk menjajaki peluang carbon capture, utilisation and storage (CCUS) di Asia.

Konsorsium ini mencakup sejumlah perusahaan seperti ArcelorMittal Nippon Steel India, JSW Steel, Hyundai Steel, Chevron Corp, dan Mitsui & Co. Perusahaan-perusahaan ini akan menilai penerapan CCUS di sektor-sektor yang sulit menurunkan emisi karbon seperti industri baja.

Studi prakelayakan selama satu tahun ini akan berfokus pada potensi pengembangan proyek CCUS skala besar di Asia. Proyek tersebut diharapkan dapat mendukung pemanfaatan kembali atau penyimpanan karbon dioksida (CO₂ ) yang ditangkap.

Meskipun teknologi penangkapan karbon sudah tergolong matang, hambatan biaya dan regulasi masih menjadi tantangan di banyak pasar Asia. Konsorsium akan mengevaluasi bagaimana infrastruktur bersama dapat menurunkan biaya, mengumpulkan volume CO₂ yang cukup untuk disimpan atau digunakan kembali, serta membagi risiko antarperusahaan.

“Dengan memanfaatkan pengetahuan dan sumber daya bersama mitra kami, kami berinvestasi untuk mendukung solusi inovatif seperti potensi CCUS, yang kami anggap sebagai bagian penting dari upaya dekarbonisasi sektor hard-to-abate seperti industri baja,” kata Ben Ellis, Wakil Presiden Pemasaran Keberlanjutan BHP, dikutip dari Reuters, Senin (11/8/2025).

Studi ini dijadwalkan selesai pada akhir 2026 dan hasilnya akan dipublikasikan. Adapun menurut studi International Energy Agency pada 2023, industri baja menghasilkan sekitar 2,8 gigaton emisi setara CO₂ per tahun atau 8% dari total emisi sistem energi global.

IEA menyebutkan bahwa puncak emisi sektor baja mungkin sudah terlewati di banyak negara maju, tetapi negara berkembang dan emerging markets diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan industri baja domestik.

Di sisi lain, teknologi produksi besi dan baja dengan emisi mendekati nol masih berada pada tahap awal pengembangan di banyak kasus, dan biayanya kerap lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini menjadi tantangan besar dalam mengurangi emisi secara signifikan di industri baja yang produknya diperdagangkan di pasar global yang sangat kompetitif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro