Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melakukan berbagai inovasi untuk memastikan target penurunan emisi tetap berjalan, sambil secara bertahap melakukan transisi energi tanpa harus mengorbankan kondisi keuangan perusahaan.
Dalam pencapaian nol emisi bersih pada 2060, perusahaan setrum pelat merah itu harus menyeimbangkan antara keandalan pasokan listrik, keterjangkauan, dan keberlanjutan lingkungan, serta menjaga kesehatan keuangan korporat.
Parulian Noviandri, EVP Perencanaan Strategi Manajemen Pembangkitan PT PLN (Persero), menjelaskan bahwa salah satu bentuk keberlanjutan lingkungan yang tidak mengorbankan keuangan PLN adalah dengan secara bertahap melakukan diversifikasi bahan bakar pembangkit batu bara dengan biomassa (co-firing).
Untuk tahun ini, ujarnya, setidaknya ada 52 lokasi yang menjalankan program co-firing PLN, dengan total kapasitas 2,45 gigawatt (GW) dan potensi reduksi emisi sebesar 10,75 juta ton CO2.
Selain itu, imbuhnya, PLN juga akan melakukan konversi konsumsi bahan bakar minyak dengan energi baru terbarukan (EBT) melaui program dedieselisasi dan hibridisasi.
Tujuannya, untuk mengganti atau mengurangi penggunaan BBM, peningkatan efisiensi biaya bahan bakar, mengurangi emisi karbon serta peningkatan keandalan listrik.
“Program konversi PLTD ke EBT & Hybrid dilakukan secara bertahap di 631 lokasi PLTD yang tersebar di seluruh Indonesia,” kata Parulian dalam sebuah diskusi, Sabtu (9/8/2025).
Adapun, program dedieselisasi dilaksanakan pada 3.378 unit pembangkit diesel yang masih beroperasi melalui tiga program yakni program EBT dan hybrid sebesar 0.62 GW di 631 lokasi.
Kemudian, menggantikan PLTD menjadi PLTMG berbahan bakar gas 0,21 GW di 35 lokasi, serta program interkoneksi ke grid sebesar 0,75 GW di 154 lokasi.
Menurut Parulian, program bibridisasi PLTD dengan PLTS plus baterai ditargetkan bisa menurunkan konsumsi BBM hingga 8,1 juta liter per tahun dengan potensi efisiensi biaya Rp58,84 miliar per tahun.
“Ada pilot project hibridisasi Maratua dengan kapasitas PV 300 kW, baterai 600 kWh. Ini akan mengurangi BBM 46.219,95 liter [Agustus—Desember 2025), dan menurunkan emisi karbon 110.465,68 kg CO2,” kata Parulian.
PLN mengakui, saat ini lebih dari 60% pembangkit masih menggunakan PLTU batu bara. Untuk itu, manajemen terus meningkatkan penggunaan teknologi untuk menangkap emisi karbon yang dihasilkan.
“PLN bermitra dengan perusahaan energi lain dalam pengembangan dan study CCUS. Untuk net zero emission ini bagaimana pembangkit yang ada kita tambahkan teknologi, dengan CCS [carbon capture storage],” tuturnya.