Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gelombang Panas di Australia, Indonesia dan Sekitarnya Pengaruhi 10% Laut Global

Gelombang panas yang melanda kawasan Pasifik telah memicu kerusakan terumbu karang dan mencairnya gletser tropis di Papua, Indonesia
Terumbu karang di kawasan Great Barrier Reef, Australia/Reuters-Lucas Jackson
Terumbu karang di kawasan Great Barrier Reef, Australia/Reuters-Lucas Jackson

Bisnis.com, JAKARTA — Gelombang panas yang melanda kawasan Pasifik Barat Daya memengaruhi lebih dari 10% permukaan laut global pada 2024. Kondisi ini telah merusak terumbu karang dan mengancam eksistensi gletser tropis terakhir di kawasan tersebut, menurut laporan badan cuaca PBB.

Suhu rata-rata 2024 di kawasan yang mencakup Australia dan Selandia Baru serta negara-negara kepulauan Asia Tenggara seperti Indonesia dan Filipina tercatat hampir setengah derajat Celsius (0,9 Fahrenheit) lebih tinggi dibandingkan rata-rata periode 1991–2020, kata Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam laporan tahunannya yang dirilis Kamis (5/6/2025).

“Sebagian besar wilayah mengalami setidaknya kondisi gelombang panas laut yang parah pada suatu waktu selama 2024, terutama di wilayah di dekat dan selatan khatulistiwa,” ujar Blair Trewin dari WMO, salah satu penulis laporan tersebut, dikutip dari Reuters, Minggu (8/6/2025).

Panas ekstrem sepanjang tahun memengaruhi 40 juta kilometer persegi (15,4 juta mil persegi) permukaan laut, dan rekor suhu tertinggi baru tercatat di Filipina dan Australia, menurut laporan itu. Suhu permukaan laut juga mencatatkan rekor baru, sementara total kandungan panas laut mencapai rata-rata tahunan tertinggi kedua setelah 2022.

Jumlah siklon tropis yang sangat tinggi, yang oleh para ahli dikaitkan dengan perubahan iklim, juga menyebabkan kerusakan di Filipina pada Oktober dan November tahun lalu.

Permukaan laut di kawasan ini terus meningkat lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata global. Laporan tersebut juga mengungkap mendesaknya kondisi ini, mengingat lebih dari separuh populasi di kawasan ini hidup dalam jarak 500 meter dari garis pantai.

Laporan itu juga mengutip data satelit yang menunjukkan bahwa satu-satunya gletser tropis di kawasan ini, yakni di pegunungan Papua, menyusut hingga 50% sepanjang tahun lalu.

“Sayangnya, jika laju penyusutan ini berlanjut, gletser ini bisa lenyap pada 2026 atau tak lama setelahnya,” ujar Thea Turkington dari WMO, salah satu penulis laporan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper