Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inggris Raya dan Uni Eropa Berencana saling Hubungkan Pasar Karbon

Inggris Raya dan Uni Eropa tengah menjajaki potensi untuk menghubungkan kedua pasar karbon
Ilustrasi kredit karbon
Ilustrasi kredit karbon

Bisnis.com, JAKARTA — Inggris Raya (United Kingdom) dan Uni Eropa (UE) dikabarkan tengah menjajaki kerja sama iklim baru dengan menghubungkan pasar karbon kedua wilayah. Langkah ini ditempuh untuk menghindari hambatan perdagangan dan memperbaiki hubungan pasca-Brexit.

Berdasarkan dokumen yang dilihat Bloomberg, rencana untuk menghubungkan pasar karbon merupakan bagian dari agenda yang dibahas dalam KTT Inggris-UE pada Senin (19/5/2025). Pertemuan ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan hubungan kedua blok setelah Inggris resmi hengkang dari UE pada 2020.

Pasar karbon Inggris Raya dan UE yang terhubung akan membuat komoditas dengan jejak emisi karbon tinggi seperti baja dan semen terhindar dari bea impor yang ketat. Terhubungnya kedua pasar karbon ini juga diharapkan meningkatkan likuiditas pasar izin karbon (carbon permit).

"Ini akan menjadi langkah signifikan yang mengurangi gesekan perdagangan baja dengan UE, pasar ekspor terbesar kami. Langkah ini juga menghilangkan risiko biaya dari diterapkannya mekanisme penyesuaian perbatasan karbon (carbon border adjustment mechanism/CBAM] UE, yang terutama dirasakan UKM," kata Frank Aaskov, direktur kebijakan energi dan perubahan iklim di UK Steel. 

Perbedaan harga CO₂ antara Inggris dan UE melebar setelah Brexit, terlebih dengan target ambisius Uni Eropa untuk mengurangi 55% emisi pada 2030 dibandingkan dengan level 1990.

Awal tahun ini, selisih harga antara keduanya sempat mencapai lebih dari 40 euro (US$44,74) per ton CO₂. Namun selisih ini menyempit ke level terendah dalam dua tahun ke kurang dari 10 euro karena penerbitan izin karbon Inggris yang menguat di tengah spekulasi penghubungan pasar dengan UE.

Terlepas dari rencana penggabungan ini, kesepakatan final diperkirakan memakan waktu bertahun-tahun. Selain itu, dokumen rancangan yang masih dapat berubah tersebut belum menetapkan jangka waktu. Negosiasi mengenai aspek lain dari hubungan masa depan Inggris-UE juga masih berlangsung.

Kerja sama iklim yang lebih erat antara Inggris dan Uni Eropa muncul di tengah gejolak perdagangan global yang dipicu oleh perang tarif Presiden AS Donald Trump. Pemerintahan Trump juga cenderung memperlonggar regulasi terkait iklim lingkungan.

"Terlepas dari hambatan perdagangan global yang lebih luas, masih ada keuntungan dari hubungan dagang yang lebih erat antara mitra yang sepemikiran. Industri Inggris dan UE berpotensi menekan beban biaya melalui sinyal harga karbon yang lebih konsisten dan pasar yang jauh lebih dalam,” kata Vikram Balachandar, manajer di Frontier Economics.

Inggris tercatat meluncurkan sistem karbonnya sendiri setelah keluar dari UE, dan masih belum jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghubungkan kembali kedua pasar, meskipun desainnya serupa.

Kesepakatan apa pun kemungkinan akan mengharuskan pasar karbon Inggris untuk menyamai level ambisius pasar karbon UE, menurut rancangan tersebut.

Inggris dan UE masih perlu menyelesaikan perbedaan di berbagai bidang seperti perikanan dan pemeriksaan pangan untuk mencapai kesepakatan yang lebih luas. Kedua pihak juga diperkirakan akan menyetujui kemitraan pertahanan dan keamanan serta pernyataan bersama yang menegaskan kembali aliansi mereka di tengah ketidakpastian geopolitik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper