Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Berisiko Hadapi Kemarau Lebih Kering Imbas Perubahan Iklim, Ancam Ketahanan Pangan

BMKG memperkirakan Indonesia menghadapi risiko kemarau yang lebih kering imbas dari perubahan iklim
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia akan menghadapi musim kemarau yang makin kering imbas dari perubahan iklim. Kondisi tersebut dapat mengancam ketersediaan air dan keamanan pangan nasional.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa suhu global terus meningkat. Tahun 2023 tercatat sebagai tahun fenomena El Nino, sementara 2024 merupakan transisi menuju kondisi La Nina. 

Untuk diketahui, El Nino merupakan fenomena menghangatnya permukaan air laut di Samudera Pasifik, sementara La Nina ditandai dengan penurunan suhu permukaan air laut di perairan tersebut. Perubahan fase-fase iklim inilah yang meningkatkan risiko kekeringan di tengah ancaman global terkait krisis air.

"Perubahan iklim global yang diindikasikan oleh kenaikan suhu yang terus melaju itu benar-benar telah terjadi, perubahan iklim global ini ditandai dengan langkanya ketersediaan air atau disebut sebagai global water hot spot," kata Dwikorita saat berbicara dalam diskusi dengan Lemhanas, dikutip dari siaran pers, Kamis (12/12/2024).

Dwikorita mengemukakan peningkatan suhu global berdampak langsung pada ketersediaan air dan ketahanan pangan. Berdasarkan proyeksi, wilayah Indonesia akan menghadapi musim kemarau yang makin kering di tengah ancaman global water hotspot, meskipun ancaman tersebut belum masuk dalam zona kritis.

“Tetapi perubahan iklim ini menjadi sebuah ancaman yang besar terhadap ketahanan pangan di Indonesia, khususnya kelompok petani,” tambah Dwikorita.

Dalam menghadapi tantangan ini, Dwikorita mengatakan bahwa BMKG telah mengembangkan berbagai layanan informasi iklim untuk membantu petani beradaptasi. Program seperti Sekolah Lapang Iklim telah memberikan pelatihan kepada petani untuk mengelola sumber daya air dan pola tanam secara efektif.

“Selain itu, BMKG juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan penggunaan informasi iklim yang lebih akurat untuk mitigasi risiko,” katanya.

Adapun untuk 2025, BMKG sebelumnya melaporkan bahwa Indonesia tengah menghadapi fenomena masuknya musim hujan yang bersamaan dengan La Nina Lemah. Hal ini mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen mulai November 2024 sampai Maret atau April 2025.

Dwikorita mengatakan fenomena La Nina berpotensi mengakibatkan berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung.

Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan lautan, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, dengan jumlah berkisar antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper