Bisnis.com, JAKARTA – Suar berwarna biru dari kompor gas metana sudah dimanfaatkan warga sekitar tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Manggar, Balikpapan Timur, Kalimantan Timur beberapa tahun terakhir.
Gas metana yang dihasilkan dari tumpukan sampah di TPA satu-satunya di Balikpapan ini, sangat layak untuk diterapkan di banyak daerah. Pasalnya, dari total 550 TPA yang ada, baru segelintir saja yang melakukan pemanfaatan gas metana dari inisiatif waste to energy (WTE).
Inisiatif pemanfaatan sampah semacam ini yang diharapkan terus tumbuh oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Kementerian LH mendukung penuh inovasi dalam mengatasi persoalan sampah mulai dari bioplastik hingga WTE.
Apalagi, pemerintah menargetkan 50% sampah nasional harus dikelola pada tahun ini, sedangkan capaian saat ini baru sekitar 39% dari total 56 juta ton sampah nasional.
Pekan lalu, di hadapan pelaku industri nasional, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono mengakui pemerintah tidak mampu berjalan sendiri untuk melakukan pengelolaan sampah.
Menurutnya, peran serta publik termasuk pelaku industri sangat penting mengingat pengelolaan sampah juga berhubungan langsung dengan upaya menekan emisi GRK.
Baca Juga
“Recycle oke, bioplastik oke, WTE oke. Pemerintah tidak bisa mendukung salah satu saja. Sebagai pemerintah harus mendorong semua sektor selama bisa terbukti dengan scientific based," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin (25/8/2025).
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup mengapresiasi inisiatif yang menjadikan TPAS Manggar bukan hanya tempat pembuangan, tapi bisa menjadi model percontohan nasional dalam pengelolaan sampah.
Inisiasi WTE menjadi gas metana ini sudah berjalan sejak 2019, kemudian semakin berkembang setelah dilakukan pendampingan oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM).
Dampak Wasteco
Program pengembangan masyarakat ini, sukses mendorong ketahanan energi masyarakat sekitar sehingga tak lagi bergantung sepenuhnya pada LPG 3 kg bersubsidi. Bisnis berkesempatan melihat langsung program Wasteco (waste to energy for community) di TPAS Manggar.
Program ini telah mendorong pemanfaatan gas metana kepada 380 saluran rumah, berdampak untuk 1.520 warga dan 29 usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berasal dari lima rukun tetangga (RT) di Kelurahan Manggar.
Wasteco juga berhasil memproduksi 594.000 m3 gas metana per tahun yang digunakan oleh masyarakat dengan efisiensi biaya rumah tangga mencapai Rp420 juta/tahun dan mengurangi potensi reduksi emisi karbon hingga 288.449 ton CO2eq/tahun.
Pengawas TPAS Manggar, Suyono menjelaskan setelah dimanfaatkan sebagai energi, masyarakat mendapatkan banyak manfaat, tidak sekadar merasakan bau busuk dari tumpukan sampah.
“Alhamdulillah di sini kok, nggak ada baunya ya? Ya, karena sudah bisa buat masak ibu ibu di dapur. Gas metana, sudah diikat dan dialirkan ke dapur-dapur warga,” ujarnya.
Pria berusia 56 tahun menceritakan inisiatif WTE di Manggar awalnya diterapkan hanya untuk 12 rumah saja. Namun, dengan kerja sama dan pembinaan dari PHM, melalui program Wasteco akhirnya pemanfaatannya dapat meluas.
Suyono pun menjelaskan cara penangkapan gas metana di TPAS Manggar. Awalnya, bakal landfill tumpukan sampah dipasang pipa pipa paralon untuk menjadi ruang udara. Kemudian gas metana yang terkumpul masuk ke separator untuk mengurangi kadar air dalam gas, selanjutnya bisa dialirkan ke pengguna.
Suyono menceritakan pipa paralon untuk menangkap gas metana akan dipindahkan setelah tekanan gas menurun, dengan estimasi waktu setiap enam bulan sekali.
“Selain itu kita juga berharap hujan turun, karena ini juga berpengaruh untuk meningkatkan gas metana. Kalau tekanan turun, baru kita cari titik baru lagi,” ujarnya.
Suyono menambahkan dengan besarnya manfaat gas metana untuk masyarakat, diharapkan operasional TPAS Manggar dapat dijaga dengan baik. Adapun TPAS ini merupakan fasilitas pengelolaan sampah milik Pemerintah Kota Balikpapan yang mulai beroperasi pada 13 Januari 2012.
Berlokasi di Kelurahan Manggar, Kecamatan Balikpapan Timur, TPA ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 27,1 hektar. Awalnya, TPA Manggar berfungsi sebagai tempat penampungan akhir sampah rumah tangga kota dengan kapasitas pelayanan sekitar 420 ton per hari.
Kepala UPTD TPA Manggar Mochamad Haryanto menjelaskan program Wasteco terbukti berjalan dengan konsisten. Bahkan, menurutnya, penerima manfaat gas metana semakin besar dari tahun ke tahun.
“Alhamdulillah inisiatif WTE itu juga menjadi kredit atau menjadi poin tambahan juga pada saat penilaian Adipura. Jadi kami juga mendapatkan Adipura Kencana 2 tahun berturut-turut, salah satunya juga saya yakin karena ada Wasteco,” ujarnya.
Terkait pengelolaan sampah, Balikpapan tetap memiliki pekerjaan rumah. Pasalnya, kapasitas TPAS Manggar sudah hampir penuh. Untuk itu, Pemkot Balikpapan mendorong pembentukan Bank Sampah Induk di setiap kecamatan dan minimal enam unit Bank Sampah Unit per kelurahan.
Pada kesempatan yang sama, Communication Relations & CID PT PHI Dony Indrawan mengatakan, pemanfaatan gas metana otomatis juga mendukung pemerintah dalam mengurangi beban subsidi gas LPG 3kg.
Jika sebelumnya setiap rumah tangga mengkonsumsi 4 tabung LPG bersubidi dengan harga berkisar Rp25.000 - Rp45.000 di tingkat pengecer, maka sekarang hanya mengeluarkan Rp10.000 per bulan sebagai iuran penggunaan gas metana.
“Kami punya keyakinan, kalau rumah tangga semakin mandiri, usaha UMKM-nya semakin kuat, mungkin tidak membayar Rp10.000 ke depannya. Tetapi sekarang fokusnya bagaimana gas metana bisa dihasilkan dari sampah organik dan dimanfaatkan untuk ekonomi masyarakat,” katanya.