Bisnis.com, BANDAR LAMPUNG — Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) memastikan target penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia untuk 2035 yang akan tertuang dalam rencana aksi iklim nasional Second Nationally Determined Contribution (NDC) akan lebih ambisius daripada sebelumnya.
Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon KLH, Ary Sudijanto, belum bisa memastikan angka pasti besaran persentase penurunan yang ditargetkan pemerintah di Second NDC. Meski demikian, dokumen tersebut kini dalam tahap finalisasi sebelum diserahkan ke Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim atau UNFCCC.
“Second NDC sudah dalam tahap finalisasi. Kementerian dan lembaga terkait rencananya akan membahas sekali lagi hasil pemodelan final dari Second NDC Indonesia,” kata Ary ketika ditemui di Bandar Lampung, Kamis (31/7/2025).
Ary menjelaskan bahwa Second NDC akan lebih ambisius karena tidak lagi menggunakan skenario business as usual (BAU) sebagai acuan penurunan emisi, sebagaimana diterapkan Indonesia dalam Enhanced NDC yang dirilis pada 2022.
Second NDC nantinya akan menggunakan proyeksi emisi yang mengacu pada current policy scenario (CPOS), sebuah model yang disebut Ary merupakan kelanjutan dari Countermeasure 1. Selain itu, CPOS akan menjadikan emisi pada 2019 sebagai tahun dasar (base year) perhitungan penurunan.
Berdasarkan Biennial Update Report (BUR) ketiga yang dilaporkan Indonesia ke UNFCC, total emisi Indonesia pada 2019 mencapai 1,84 miliar ton setara karbon dioksida (tCO2e). Angka tersebut naik dari posisi 2016 sebesar 1,45 miliar tCO2e.
Baca Juga
Mayoritas emisi pada 2019 disumbang oleh sektor alih fungsi lahan dan kehutanan (land-use change and forestry/LUCF) yakni dengan kontribusi sebesar 50,13%. Sektor energi menempati posisi kedua dengan persentase 34,49%, limbah menyusul di peringkat ketiga dengan sumbangan 6,52%. Sementara itu, proses industri serta penggunaan produk (IPPU) berkontribusi 3,15% pada total emisi.
Adapun dalam Enhanced NDC, penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2030 dalam skenario Countermeasure 1 dibidik sebesar 915 juta ton CO2 ekuivalen atau setara 31,89% dari level BAU yang menembus 2,86 miliar ton CO2 ekuivalen.
“CPOS itu adalah kelanjutan dari Countermeasure 1. Kita sudah lebih rendah daripada Countermeasure 1, berarti kesimpulannya penurunan akan lebih ambisius daripada Enhanced NDC,” papar Ary, seraya menambahkan bahwa target penurunan emisi bakal mempertimbangkan skenario pertumbuhan ekonomi rendah di level 6,3% dan juga skenario tinggi di angka 8%.
Sektor kehutanan dan penggunaan lahan lain atau Forestry and Other Land Use (FOLU) bakal menjadi tumpuan penurunan emisi 2035 dengan kemampuannya menyerap karbon. Pemerintah sendiri menargetkan penurunan emisi sektor FOLU sebesar 140 juta ton CO2 ekuivalen pada 2030.
Ary menambahkan bahwa Indonesia menargetkan dapat melaporkan dokumen final Second NDC ke UNFCCC sebelum 22 September 2025.
“Setelah finalisasi, harapannya kemudian dokumen dapat kami sampaikan ke Bapak Presiden [Prabowo Subianto] dan sebelum 22 September kami sudah lakukan submission ke UNFCCC,” katanya.