Bisnis.com, PADANG — Kementerian Kehutanan akan turun tangan untuk melakukan pemeriksaan di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi, Sumatra Barat, pasca matinya bayi Harimau Sumatra.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan Satyawan Pudyatmoko mengatakan membaca dari keterangan tim dokter di TMSBK Bukittinggi itu bahwa matinya bayi Harimau Sumatera berusia satu minggu itu disebabkan oleh malnutrisi. Dia menduga, kasus matinya bayi harimau tersebut bukan semata-mata soal malnutrisi.
Pasalnya, berdasarkan hasil observasi lapangan, riwayat perkembangbiakan, dan nekropsi, terdapat indikasi kuat adanya faktor kelainan genetik serta perilaku maternal induk (maternal behaviour) yang turut memengaruhi. Di sisi lain, kondisi induk harimau itu berusaha mereject anaknya sendiri yang tercermin dalam ketidakmauannya untuk menyusui dan merawat anaknya.
Satyawan mengungkapkan bahwa di alam, kondisi seperti ini bisa terjadi, biasanya karena genetik defect atau induk stres. Kondisi ini juga memunculkan dugaan adanya kelainan genetik yang diturunkan dari garis induknya (Sean).
"Pada kejadian Harimau yang diberi nama Yani ini, nerdasarkan penjelasan tim dokter dan keeper, upaya memberi susu tambahan dan evakuasi sudah dilakukan, namun tidak dapat menolong. Ini yang perlu pendalaman, akar masalahnya pada ketidakmauan induk menyusui," katanya melalui dari keterangan resmi, Sabtu (5/5/2025)
Sebagai tindak lanjut, Kementerian Kehutanan melalui Balai KSDA dan tim medis TMSBK akan melakukan pemeriksaan genetik pada induk dan keturunannya untuk memvalidasi adanya dugaan kelainan hereditas.
Baca Juga
Selain itu, akan dilakukan kajian perilaku maternal, agar pola penolakan dapat diantisipasi dalam program breeding mendatang. Kemudian pihaknya juga akan melakukan evaluasi menyeluruh standar perawatan, nutrisi, dan manajemen stres pada kandang harimau.
Dia menegaskan, Kementerian Kehutanan tetap berkomitmen pada upaya konservasi Harimau Sumatera sebagai salah satu spesies prioritas, dengan memperhatikan kesejahteraan satwa (animal welfare) serta menjaga kemurnian genetik populasi.
“Kami mengajak masyarakat memahami dan berperan aktif dalam upaya konservasi satwa liar. Setiap kejadian menjadi evaluasi penting agar penanganan ke depan semakin baik,” tuturnya.