Bisnis.com, JAKARTA — PT Ciputra Development Tbk (CTRA) terus berkomitmen dalam penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) dan keberlanjutan proyek properti.
Adapun emiten berkode CTRA memiliki skor ESG yang tergolong ketegori medium dengan rating risiko ESG sekitar 24,16 yang berada di urutan 29 dari 85 perusahaan. CTRA menempati urutan kedua perusahaan emiten properti dalam nilai ESG.
Head of Investor Relations CTRA Aditya Ciputra Sastrawinata mengatakan hingga kini terdapat 7 proyek yang bersertifikasi hijau. Ketujuh proyek tersebut terdiri dari 5 proyek high rise dan 2 proyek hunian.
“Enam dari tujuh sertifikasi tersebut adalah sertifikasi EDGE (Excellence in Design for Greater Efficiencies) dan 1 merupakan sertifikasi greenship. Adapun salah satu proyeknya DBS Bank Tower kami,” ujarnya, Selasa (17/6/2025).
Pencapaian keberlanjutan perusahaan selama tahun 2024 yakni berhasil menghemat konsumsi energi listrik 195.373 megawatt hour (MWh), menekan emisi gas rumah kaca 165,774 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2eq), sebanyak 2.527 ton limbah daur ulang yang dijadikan kompos dan memiliki 3,2 juta meter persegi ruang terbuka hijau yang tersebar di seluruh proyek CTRA.
CTRA berhasil mendapatkan fasilitas pinjaman hijau pertama dari Bank HSBC pada bulan Oktober 2024 untuk proyek perkantoran Ciputra World 2. Pinjaman tersebut senilai Rp950 miliar untuk jangka waktu selama 7 tahun dan secara khusus ditujukan kepada proyek yang berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan termasuk sertifikasi bangunan hijau yang sudah diraih oleh yaitu sertifikasi EDGE. Adapun proyek perkantoran tersebut dapat menghemat energi sebesar 21%, penghematan air sebesar 43%, kandungan lebih sedikit karbon dalam material sebesar 78%, dan penghempatan karbon dioksida operasional sebesar 818,11 ton karbon dioksida per tahun.
Baca Juga
“Pinjaman hijau ini menandai tonggak sejarah dalam perjalanan keberlanjutan Ciputra. Hal ini menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip ESG. Kepatuhan terhadap standar green yang telah diverifikasi oleh pihak ketiga dalam bentuk sertifikasi green building,” katanya.
Perusahaan terus mencari peluang dalam menerapkan prinsip hijau dan ramah lingkungan. Hal ini sebagai upaya untuk menurunkan nilai skor ESG hingga mencapai kategori risiko rendah.
“Kami paham bahwa skor ESG ini sesuatu yang penting bagi investor untuk menilai komitmen keberlanjutan perusahaan. Tapi memang ESG secara objektif sangat sulit karena aspek ESG itu kualitatif. Lembaga ESG yang datang ke kami ini memiliki penilaian yang beda meski menilai aspkek yang sama,” ucapnya.
Namun demikian, CTRA berkomitmen untuk meningkatkan proses pelaporan dan inisiatif ESG. Hal itu dilakukan dengan meneruskan perjalanan keberlanjutan dan secara aktif mencari peluang menerapkan prinsip ramah lingkungan dalam aspek-aspek pembangunan.
Menurutnya, kesadaran konsumen untuk tinggal di hunian yang telah bersertifikat hijau masih belum besar. Hal ini karena konsumen masih mengedepankan harga, lokasi, dan reputasi developer dalam pencarian rumah.
“Jadi belum banyak yang mencari hunian apakah hijau atau tidak. Belum sampai pada konsumen yang rela membayar lebih untuk tinggal di hunian bersertifikasi hijau,” tutur Aditya.
Direktur CTRA Agussurja Widjaja menambahkan sejak awal Ciputra menerapkan prinsip eco culture di beberapa proyek hunian. Pada awalnya, penerapan eco culture merupakan upaya agar bisa melakukan transaksi finansial dengan International Finance Corporation (IFC) yang merupakan bagian dari bank dunia.
“Jadi memang beberapa proyek kami menerapkan eco culture yang menggunakan standar EDGE untuk mendapatkan fasilitas IFC. Ini memang kami yang buat dahulu menjadi pionir terkait eco culture,” terangnya.
Pihaknya tak menampik, penerapan eco culture ini belum semua diterapkan dan belum menjadi standar tetap pada proyek properti Ciputra.
Untuk diketahui, CTRA menargetkan prapenjualan atau marketing sales Rp11 triliun pada 2025 atau samaseperti 2024. Adapun, target pendapatan diharapkan meningkat 5%–10%, dan laba bersih naik lebih tinggi 10%–15%. Pada kuartal I/2025, CTRA membukukan prapenjualan sebesar Rp3,15 triliun atau turun 5% secara tahunan (Year-on-Year/YoY) tetapi menguat 35% dibandingkan dengan kuartal IV/2024.