Bisnis.com, JAKARTA — Australia telah menunjukkan niatnya untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT), seiring dengan upaya pemerintah mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.
Komitmen tersebut terlihat dari pemberian dana sebesar US$10 juta atau setara Rp162,97 miliar (US$1=Rp16.297) kepada salah satu startup penyedia energi surya Indonesia, PT Investasi Hijau Selaras atau Hijau.
Dana tersebut disalurkan melalui lembaga dana pengembangan investasi berdampak (impact investment) milik pemerintah Australia, Australian Development Investments (ADI).
Independent Investment Committee Member ADI, Jeremy Cleaver, menjelaskan pemberian dana kepada Hijau merupakan salah satu upaya pihak Australia dalam meningkatkan penggunaan energi terbarukan di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan fokus ADI untuk meningkatkan kesadaran terhadap perubahan iklim.
"ADI, melalui South East Asia Clean Energy Fund II (SEACEF) milik pengelola dana berbasis di Singapura, Clime Capital, telah berinvestasi US$10 juta untuk semua proyek pembangunan panel surya yang dilakukan Hijau," jelas Cleaver dalam kunjungan ke salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap milik Hijau di Mall Lippo Cikarang, Kabupaten Bekasi, pada Senin (2/6/2025).
Cleaver mengatakan ADI akan terus mencari potensi pendanaan energi terbarukan pada bidang lain selain PLTS atap. Dia menilai pemerintah Indonesia juga sangat menyambut baik masuknya investasi ke sektor-sektor yang berkaitan dengan energi terbarukan.
Baca Juga
Selain itu, Indonesia juga didukung oleh faktor lingkungan yang memungkinkan pengembangan beragam energi terbarukan. Dia mengemukakan bahwa PLTS merupakan salah satu peluang yang optimal karena Indonesia memiliki banyak sinar matahari.
"Jelas, Indonesia adalah negara yang sangat besar dari segi populasi dan memiliki banyak sinar matahari. Peluang untuk menghasilkan energi terbarukan dari tenaga surya dan mekanisme lainnya sangat fantastis," kata Cleaver.
Adapun, pemberian dana investasi melalui ADI merupakan salah satu bentuk tindak lanjut dari Kemitraan Australia-Indonesia untuk Iklim, Energi Terbarukan, dan Infrastruktur (KINETIK) yang diresmikan pada 2024 lalu.
Mengutip keterangan dari laman resmi Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, KINETIK akan berfokus pada tiga pilar yang saling memperkuat. Pertama, mendorong peningkatan investasi dalam transisi energi dengan mendukung reformasi kebijakan dan regulasi yang dijalankan Indonesia.
Kedua, Kemitraan ini akan membuka akses pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah yang berfokus pada iklim melalui Australian Development Investments, dan memberikan insentif bagi investasi pada proyek-proyek infrastruktur hijau berskala besar.
Selain itu, KINETIK juga akan mendorong transisi energi yang setara di mana perempuan, penyandang disabilitas, dan masyarakat terpinggirkan dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari peralihan menuju nol emisi karbon.
Sementara itu, Direktur Operasional PT Investasi Hijau Selaras Thio Ariyanto mengatakan saat ini perusahaan tengah membangun PLTS Atap di beberapa daerah di Indonesia. Dia menyebut perusahaan memiliki sekitar 25 proyek pembangunan PLTS atap yang tengah berlangsung.
"Kami sedang ada proyek di Karawang, Mojokerto, Pasuruan, Surabaya, Tangerang juga, jadi kebanyakan di daerah Pulau Jawa. Selain itu, kami memiliki satu proyek di Banjarmasin," tambahnya.
Thio menuturkan, perusahaan menargetkan instalasi panel surya pada 2025 dapat mencapai 43 megawatt. Dia mengatakan, perusahaan umumnya mengincar pasar pada sektor industrial, yaitu pada pabrik-pabrik di kawasan industri.
"Sektor kami komersial dan industrial, kebanyakan untuk industri. Ada beberapa mal yang kami pasang [PLTS atap]," tambahnya.