Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) mengingatkan urgensi untuk terus menjaga dan melakukan rehabilitasi ekosistem mangrove di Indonesia menghadapi potensi kehilangan luasan 19.501 hektare per tahun.
Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLH/BPLH Rasio Ridho Sani mengatakan Indonesia memiliki mangrove seluas 3,44 juta hektare atau sebesar 23% dari total 14,7 juta hektare mangrove yang ada di dunia.
"Kita setiap tahun kehilangan mangrove kurang lebih 19.501 hektare. Jadi, kita membutuhkan upaya yang sangat serius untuk bisa mengatasi kehilangan mangrove," ujarnya dilansir Antara, Snein (2/6/2025).
Sebagian besar mangrove Indonesia berada di dalam kawasan hutan, dengan luas 2,7 juta hektare atau sekitar 79,6% dari total luasan. Sekitar 701.326 hektare berada di luar kawasan hutan atau areal peruntukan lain.
"Luasan itu perlu dijaga dan ditambah mengingat mangrove menjadi salah satu solusi berbasis alam untuk menangani perubahan iklim," ujarnya.
Menurutnya, ekosistem mangrove memiliki kemampuan penyimpanan karbon yang lebih besar dibandingkan hutan terestrial, yang berpotensi juga mendukung perkembangan nilai ekonomi karbon Indonesia.
Baca Juga
"Tidak hanya itu, mangrove juga dapat menjadi pelindung alami pesisir, ekowisata, filtrasi untuk meningkatkan kualitas air dan habitat bagi keanekaragaman hayati," katanya.
Adapun terdapat beberapa ancaman yang dihadapi ekosistem mangrove Indonesia termasuk alih fungsi lahan, penebangan liar, polusi limbah, polusi plastik, kenaikan permukaan lautan, perubahan pola curah hujan dan peningkatan suhu akibat perubahan iklim, serta belum maksimalnya penegakan hukum dan pengawasan.
Dia menial pentingnya kolaborasi untuk meningkatkan tutupan mangrove dalam bentuk kolaborasi antara KLH bersama pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan korporasi.
"Beberapa langkah pendekatan harus kita lakukan berkaitan dengan upaya rehabilitasi mangrove ini," ucapnya.