Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Membaca Sinyal Makin Ketatnya Pasar Utang Berkelanjutan

Nilai utang berkelanjutan yang jatuh tempo akan naik signifikan dalam dua tahun ke depan, tetapi sinyal penerbitan utang baru menunjukkan pelemahan
Ilustrasi utang berkelanjutan dan obligasi hijau
Ilustrasi utang berkelanjutan dan obligasi hijau

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar utang berkelanjutan global diperkirakan makin ketat dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi ini dipicu oleh lonjakan nilai utang jatuh tempo di berbagai kawasan, sementara penerbitan utang baru diramal menghadapi berbagai tantangan.

Laporan Bloomberg Intelligence memperlihatkan bahwa nilai jatuh tempo utang berkelanjutan (sustainable debt) mencapai US$553,2 miliar per 1 Mei 2025, 71% di antaranya berasal dari korporasi senilai US$392,5 miliar.

Nilai jatuh tempo utang berkelanjutan meningkat tajam dalam dua tahun ke depan dan dapat menekan pertumbuhan pasar jika penerbitan utang menghadapi hambatan lebih lanjut. Utang berkelanjutan yang jatuh tempo pada 2026 diperkirakan melonjak menjadi US$985,8 miliar dan naik kembali menjadi US$1,07 triliun pada 2027.

Sebagai catatan, utang berkelanjutan merupakan mekanisme pembiayaan yang ditempuh melalui penerbitan obligasi atau pinjaman yang dialokasikan untuk mendukung proyek-proyek atau kegiatan bisnis yang bertujuan mendorong dampak sosial dan lingkungan.

Instrumen dalam kategori ini mencakup obligasi hijau (green bonds), pinjaman hijau (green loans), obligasi terkait keberlanjutan (sustainability-linked bonds/SLB), serta obligasi sosial (social bonds). Masing-masing instrumen dirancang untuk mendanai inisiatif seperti transisi energi bersih, pembangunan infrastruktur rendah karbon, dan program inklusi sosial.

Meskipun tren historis penerbitan utang baru menunjukkan bahwa nilai jatuh tempo tersebut dapat tertutupi, Bloomberg Intelligence melaporkan adanya penurunan penerbitan yang cukup signifikan saat ini. Hal itu dapat meningkatkan risiko pembiayaan ulang (refinancing) jika hambatan terus berlanjut. Hingga April, penerbitan utang korporasi turun 31% menjadi US$247,5 miliar dan mencerminkan kehati-hatian di pasar primer.

Di kawasan Amerika, utang berkelanjutan yang jatuh tempo tahun ini mencapai US$69 miliar, sementara penerbitan anjlok 59%, meskipun kejelasan kebijakan bisa membantu pemulihan pasar.

Sementara itu, kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) bakal menghadapi jatuh tempo sebesar US$235 miliar, sebagian besar dari sektor korporasi. Adapun nilai utang jatuh tempo di Asia Pasifik dinilai masih dalam batas dapat dikelola dengan nilai US$191 miliar.

Merujuk pola penerbitan historis, jatuh tempo utang tahun ini sejatinya dapat tertutup. Rata-rata penerbitan utang korporasi dari Mei hingga Desember dalam empat tahun terakhir mencapai US$730 miliar. Bahkan jika tren penerbitan saat ini terus berlanjut, angka tersebut akan mencapai sekitar US$500 miliar, tetapi setiap pelemahan lebih lanjut akan meningkatkan risiko refinancing.

Ancaman Tarif Pengaruhi Minat Penerbitan Utang Baru

Di kawasan Amerika, jatuh tempo utang berkelanjutan mencapai nilai yang cukup besar. Dalam delapan bulan ke depan, terdapat utang senilai US$69 miliar yang akan jatuh tempo, 76% merupakan utang yang diterbitkan korporasi.

“Sementara itu, penerbitan utang berkelanjutan oleh korporasi turun 59% hingga April akibat kekhawatiran tarif dan ketidakpastian kebijakan,” tulis Chris Ratti, Senior Strategist ESG di Bloomberg Intelligence.

Dalam empat tahun terakhir, rata-rata penerbitan korporasi di kawasan ini mencapai US$171 miliar. Namun, angkanya hanya akan mendekati US$70 miliar jika perlambatan terus berlangsung.

Potensi penerbitan utang baru tersebut cukup untuk menutupi nilai jatuh tempo mendatang, terutama jika kesepakatan tarif memberikan kejelasan dan mendorong transaksi di pasar primer.

Kawasan EMEA menghadapi jatuh tempo utang berkelanjutan sebesar US$235,2 miliar hingga akhir 2025, dengan 81% berasal dari utang korporasi. Jatuh tempo diperkirakan memuncak pada 2028 dengan nilai menyentuh US$450,6 miliar dan hampir 87% di antaranya berasal dari sektor korporasi.

Utang korporasi yang jatuh tempo dalam delapan bulan ke depan mencapai US$190,4 miliar, sementara penerbitan di kawasan EMEA turun 31%. 

Sektor keuangan dan utilitas tetap menjadi pemimpin penerbitan karena dukungan regional yang berkelanjutan dan kekhawatiran terhadap ketahanan energi. Tren ini diperkirakan akan menjaga penerbitan utang baru tetap melampaui nilai jatuh tempo, dengan potensi penerbitan mencapai US$240 miliar.

Untuk kawasan Asia Pasifik, jatuh tempo utang berkelanjutan masih dalam rentang yang dapat dikelola hingga 2025. Terdapat utang senilai US$191,1 miliar yang akan jatuh tempo tahun ini dan 78% di antaranya berasal dari sektor korporasi. Jatuh tempo akan memuncak pada 2026, melampaui US$300 miliar, dengan US$233,5 miliar berasal dari korporasi.

“Penerbitan utang di kawasan ini berjalan lambat hingga April, meskipun bulan tersebut menandai penerbitan tertinggi selama tahun berjalan,” lapor Chris Ratti.

Kejelasan mengenai kebijakan tarif diharapkan menciptakan dorongan positif bagi penerbitan lanjutan. Dengan demikian, utang yang jatuh tempo utang hingga 2025 dapat tertutupi dengan lebih mudah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper