Bisnis.com, BOGOR — Kehadiran persemaian modern dinilai dapat mendukung target penurunan emisi sektor kehutanan melalui program rehabilitasi dan penanaman pohon dalam skema Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030. Salah satu persemaian ini adalah Persemaian Rumpin di Bogor, Jawa Barat.
Persemaian Rumpin yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2021merupakan salah satu pusat persemaian terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi hingga 12 juta bibit pohon per tahun.
Persemaian ini menjadi tulang punggung program rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), restorasi ekosistem, dan penghutanan kembali yang menjadi bagian integral dalam strategi Indonesia mencapai FOLU Net Sink 2030.
“Persemaian Rumpin tidak hanya menjadi tempat pembibitan, tetapi juga pusat edukasi, konservasi, dan inovasi dalam pengelolaan lanskap berkelanjutan,” ujar Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum-Ciliwung Heru Permana, Sabtu (17/5/2025).
Menurut Heru, bibit dari persemaian ini telah didistribusikan ke berbagai daerah untuk mendukung rehabilitasi hutan kritis dan lahan terdegradasi, termasuk kawasan DAS prioritas. Penanaman pohon dalam skala besar ini tidak hanya berfungsi sebagai tindakan pemulihan ekologis, tetapi juga menjadi solusi alami untuk menyerap emisi karbon dari atmosfer.
Ketua Harian II Tim Indonesia FOLU Net Sink 2030 Haruni Krisnawati juga menjelaskan bahwa rehabilitasi lahan melalui penanaman pohon memiliki kontribusi besar terhadap target penurunan emisi.
Baca Juga
Dari total target penurunan emisi sebesar 140 juta ton CO₂e di sektor FOLU, sebagian besar bersumber dari peningkatan tutupan hutan dan pemulihan vegetasi melalui kegiatan seperti yang dilakukan di Persemaian Rumpin.
“Setiap pohon yang ditanam adalah bagian dari solusi iklim. Dengan pendekatan berbasis lanskap, rehabilitasi yang efektif mampu meningkatkan fungsi ekosistem, menjaga keanekaragaman hayati, dan mengurangi risiko bencana iklim seperti banjir dan kekeringan,” jelas Haruni.
Dalam sesi diskusi, pakar komunikasi Keberlanjutan yang juga Rektor UPNVJ Jakarta Anter Venus menekankan pentingnya narasi positif dan berbasis data dalam pemberitaan isu perubahan iklim.
“Media harus mampu menyampaikan pesan bahwa solusi iklim itu nyata dan sedang berlangsung, seperti yang kita lihat di Rumpin ini. Ini penting untuk membangun optimisme publik,” katanya.
Ia juga menambahkan edukasi terkait FOLU Net Sink 2030 kepada Masyarakat luas sangat dibutuhkan karena sinergi yang terbangun dalam pengurangan Gas Rumah Kaca (GRK) hanya dapat dicapai melalui pemahaman yang sama melalui komunikasi yang berkelanjutan.
“Tidak ada acara yang paling efektif untuk mendorong perubahan perilaku para pihak untuk berperan serta dalam pengurangan emisi GRK kecuali melalui komunikasi yang berkelanjutan. Dampak komunikasi lingkungan yang persuasif akan membentuk kekuatan sinergi yang besar untuk mendorong percepatan pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia,” jelas Venus.
Perwakilan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Trisia Megawati dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa sektor swasta siap berkontribusi dalam agenda rehabilitasi dan restorasi, khususnya melalui skema investasi hijau dan kerja sama multi pihak.
“Anggota APHI telah banyakmengembangkan berbagai persemaian canggih untuk mendukung penanaman di areal konsesi Perusahaan. Pusat persemaian bukan sekadar melakukan pembibitan saja tetapi tulang punggung dalam melakukan penanaman di hutan produksi guna memenuhi kebutuhan operasional Perusahaan,” tambahTrisia.