Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laporan PBB: Konflik dan Perubahan Iklim Sebabkan Kelaparan Global Capai Rekor Pada 2024

PBB memperingatkan memburuknya kondisi tahun ini dengan proyeksi penurunan paling tajam pendanaan pangan kemanusiaan yang berkisar 10% hingga lebih dari 45%
Sedikitnya 222 juta orang di 53 negara akan menghadapi kerawanan pangan akut per akhir 2022. /antarafoto
Sedikitnya 222 juta orang di 53 negara akan menghadapi kerawanan pangan akut per akhir 2022. /antarafoto

Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakamanan pangan dan kekurangan gizi anak meningkat selama enam tahun berturut-turut pada 2024, yang memengaruhi lebih dari 295 juta orang di 53 negara dan wilayah.

Direktur Keadaan Darurat dan Ketahanan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB Rein Paulsen mengatakan hal itu menandai peningkatan 5% dari tingkat tahun 2023 dengan 22,6% populasi di wilayah yang paling parah terkena dampak mengalami kelaparan tingkat krisis atau lebih buruk.

"Konflik, cuaca ekstrem, dan guncangan ekonomi merupakan pendorong utama, dan hal-hal tersebut sering kali tumpang tindih," ujarnya dilansir Reuters, Jumat (16/5/2025).

PBB memperingatkan akan memburuknya kondisi tahun ini dengan mengutip proyeksi penurunan paling tajam dalam pendanaan pangan kemanusiaan yang berkisar antara 10% hingga lebih dari 45%. Hal ini diperparah oleh keputusan Presiden AS Donald Trump dengan menutup Badan Pembangunan Internasional AS yang menyediakan bantuan bagi mereka yang membutuhkan di seluruh dunia dan membatalkan lebih dari 80% program kemanusiaannya.

Kepala Program Pangan Dunia Cindy McCain menuturkan konflik merupakan penyebab utama kelaparan, yang berdampak pada hampir 140 juta orang di 20 negara pada 2024. Ini termasuk wilayah yang menghadapi tingkat kerawanan pangan bencana di Gaza, Sudan Selatan, Haiti, dan Mali. Sudan telah mengonfirmasi kondisi kelaparan.

"Jutaan orang yang kelaparan telah kehilangan, atau akan segera kehilangan, jalur kehidupan penting yang kita sediakan," katanya. 

Guncangan ekonomi, seperti inflasi dan devaluasi mata uang, turut mendorong 59,4 juta orang ke dalam krisis pangan di 15 negara hampir dua kali lipat dari tingkat yang terlihat sebelum pandemi Covid-19 termasuk Suriah dan Yaman.

Cuaca ekstrem khususnya kekeringan dan banjir yang disebabkan oleh El Nino, mendorong 18 negara ke dalam krisis, yang berdampak pada lebih dari 96 juta orang khususnya di Afrika Selatan, Asia Selatan, dan Afrika. Jumlah orang yang menghadapi kondisi seperti kelaparan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 1,9 juta tertinggi sejak pemantauan untuk laporan global dimulai pada 2016.

Malnutrisi di kalangan anak-anak mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dimana hampir 38 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami malnutrisi akut di 26 krisis gizi, termasuk di Sudan, Yaman, Mali, dan Gaza.

Pengungsian paksa juga memperburuk kelaparan. Hampir 95 juta orang yang mengungsi paksa termasuk pengungsi dan pengungsi internal, tinggal di negara-negara yang menghadapi krisis pangan, seperti Republik Demokratik Kongo, Kolombia.

Meskipun tren keseluruhan suram, tahun 2024 melihat beberapa kemajuan. Di 15 negara, termasuk Ukraina, Kenya, dan Guatemala, kerawanan pangan mereda karena bantuan kemanusiaan, peningkatan panen, meredanya inflasi, dan penurunan konflik.

"Perlu investasi dalam sistem pangan lokal. Bukti menunjukkan bahwa mendukung pertanian lokal dapat membantu lebih banyak orang, dengan bermartabat, dengan biaya lebih rendah," ucapnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper