Bisnis.com, JAKARTA — The Rockefeller Foundation menargetkan pembiayaan pensiun dini 60 proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di negara berkembang hingga 2030 melalui skema kredit karbon yang baru mendapatkan persetujuan badan standardisasi karbon internasional.
Inisiatif Coal to Clean Credits Initiative (CCCI) dari Rockefeller Foundation merupakan salah satu skema yang dikembangkan untuk memanfaatkan perdagangan kredit karbon. Mekanisme pembiayaan ini diharapkan dapat mempercepat penutupan PLTU dan menggantinya dengan energi terbarukan.
“Target utama kami adalah penghentian operasi 60 proyek PLTU batu bara pada 2030,” ujar Joseph Curtin, kepala program "coal to clean" Rockefeller Foundation, dikutip dari Reuters, Rabu (7/5/2025).
Menurut International Energy Agency (IEA), sekitar 2.000 PLTU batu bara perlu ditutup dari sekarang hingga 2040 guna mencapai target iklim global, tetapi hanya 15% yang sudah memiliki komitmen penghapusan.
Pada Selasa (6/5/2025) di Singapura, organisasi standar karbon Verra meluncurkan metodologi CCCI untuk menentukan proyek yang memenuhi syarat. Verra juga merilis cara menghitung pengurangan emisi dari pensiun dini PLTU, sehingga memungkinkan proyek tersebut menghasilkan kredit karbon.
Proyek pertama yang akan menerapkan metodologi ini adalah PLTU South Luzon Thermal Energy Corporation (SLTEC) di Filipina, dengan transaksi yang diperkirakan selesai tahun depan.
Baca Juga
“Jika kami dapat menyelesaikan satu transaksi, kami yakin hal ini akan berdampak kuat pada pasar dan diharapkan menjadi sinyal di seluruh kawasan bahwa mekanisme ini benar-benar mungkin dilakukan,” kata Curtin.
Curtin menambahkan, timnya telah mengidentifikasi sekitar 1.000 PLTU batu bara di negara berkembang yang memenuhi syarat di bawah metodologi ini. Target 60 proyek tersebut diperkirakan akan menarik investasi publik dan swasta sebesar US$110 miliar pada 2030, berdasarkan penelitian Rockefeller Foundation.
Penutupan dini PLTU SLTEC didukung oleh perusahaan energi Filipina ACEN, bersama dengan grup investasi bersih Singapura GenZero, konglomerat infrastruktur Keppel, perusahaan Jepang Mitsubishi, dan anak perusahaannya Diamond Generating Asia.
Curtin menjelaskan bahwa inisiatif CCCI hanya akan memilih proyek yang masih menguntungkan dan dimiliki oleh perusahaan atau negara yang telah membuat komitmen tegas untuk tidak membangun PLTU baru.
Meski Filipina telah memberlakukan moratorium PLTU baru, beberapa fasilitas yang telah disetujui sebelum larangan tersebut masih diharapkan beroperasi dalam beberapa tahun mendatang. Namun, penutupan dini SLTEC tetap dianggap sebagai kemajuan dalam transisi energi, kata CEO ACEN Eric Francia.
Francia mengemukakan pendapatan dari kredit karbon akan digunakan untuk menutupi hilangnya arus kas akibat penutupan PLTU. Hasil perdagangan juga akan dipakai membiayai penyimpanan energi yang diperlukan guna mendukung energi terbarukan, serta melindungi kepentingan pekerja lokal dan masyarakat sekitar.