Bisnis.com, JAKARTA — Badan standardisasi karbon internasional, Verra, memberi lampu hijau untuk penerbitan kredit karbon jenis baru yang dirancang untuk mendorong percepatan investasi pensiun dini pembangkit listrik uap (PLTU) batu bara.
Verra yang merupakan lembaga penyusun aturan dan pencatat utama dalam pasar kredit karbon telah meluncurkan metodologi baru untuk menghasilkan kredit transisi. Hal ini diumumkan oleh CEO Verra Mandy Rambharos dalam konferensi Ecosperity di Singapura, Selasa (6/5/2025) berdasarkan laporan Bloomberg.
Kredit ini bertujuan untuk memonetisasi pengurangan emisi yang dihasilkan dari penghentian operasional PLTU sebelum waktu yang dijadwalkan. Selain itu, penjualan kredit diharapkan dapat menutup hilangnya pendapatan akibat penutupan pembangkit listrik yang dilakukan lebih awal.
Sebagai catatan, perhitungan McKinsey & Co. dan bank sentral Singapura pada 2023 menunjukkan bahwa penutupan dini satu pembangkit berkapasitas 1 gigawatt (GW) sekitar lima tahun lebih awal membutuhkan pendanaan sekitar US$310 juta.
Metodologi kredit baru ini disusun oleh kelompok yang dipimpin oleh Rockefeller Foundation dan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kredibilitasnya, serta membuka peluang untuk diperdagangkan di bursa utama. Beberapa bank besar seperti Standard Chartered Plc dan HSBC Holdings Plc disebut tengah menjajaki peluang transaksi menggunakan instrumen ini.
Dukungan Verra terhadap transition credits hadir di tengah kritik publik terhadap efektivitas dan kredibilitas kredit karbon konvensional. Mekanisme ini dinilai tak cukup efektif menurunkan emisi gas rumah kaca secara nyata.
Baca Juga
Meski demikian, perdagangan kredit transisi berisiko menghadapi tantangan besar di kawasan Asia. Wilayah yang menyumbang lebih dari separuh emisi global ini tercatat memiliki PLTU batu bara dengan usia yang relatif muda. Menurut laporan International Energy Agency (IEA) pada 2021, fasilitas PLTU batu bara di China dan India umumnya berusia 20 tahun lebih muda dibandingkan dengan di Eropa.
Otoritas Moneter Singapura juga bekerja sama dengan Integrity Council for the Voluntary Carbon Market (ICVCM), sebuah badan pengawas independen, agar organisasi tersebut memberikan pengakuan terhadap transition credits. Pengakuan ini dapat menjadi sinyal bahwa instrumen tersebut memenuhi standar integritas tertentu, sehingga bisa meningkatkan permintaan dan memberi nilai jual lebih tinggi.
“Kita semua sedang mencari cara untuk membuka pembiayaan swasta bagi transisi energi, terutama saat pendanaan publik untuk aksi iklim makin terbatas,” ujar CEO ICVCM Amy Merrill dalam wawancara di sela-sela konferensi.