Bisnis.com, JAKARTA — Intensitas hujan tinggi sepanjang 2025 dan banjir yang melanda Malaysia diperkirakan menghambat pemulihan produksi minyak sawit di negara tersebut hingga sebulan ke depan.
Direktur Jenderal Lembaga Minyak Sawit Malaysia (Malaysia Palm Oil Board/MPOB) Ahmad Parveez Ghulam Kadir mengatakan kondisi ini telah memperketat pasokan minyak sawit di pasar global, mengingat volume stok Malaysia yang terus berkurang. Perkembangan pasokan diperkirakan mengerek naik harga minyak sawit berjangka hingga 9% bulan ini.
Banjir setidaknya telah merendam perkebunan sawit di negara penghasil minyak sawit terbesar kedua di dunia itu. Prakiraan cuaca juga memperlihatkan potensi curah hujan yang lebih tinggi sehingga meningkatkan risiko gangguan pasokan menjelang Ramadan.
"Banjir baru-baru ini di Malaysia akan berdampak pada produksi minyak sawit pada 2025, terutama pada kuartal pertama," kata Ahmad Parveez sebagaimana diberitakan Bloomberg, Senin (24/2/2025).
Dia mengemukakan lahan yang tergenang air dan gangguan panen kemungkinan akan menyebabkan penurunan produksi tandan buah segar dan tingkat ekstraksi minyak dalam jangka pendek.
Produksi minyak sawit di Malaysia pada Januari 2025 mengalami penurunan terbesar dalam sembilan tahun akibat hujan deras dan banjir bandang di wilayah produksi utama seperti Sarawak dan Sabah. Hal ini menyebabkan penurunan stok lebih dari 7% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, meleset dari semua perkiraan dalam survei Bloomberg.
Baca Juga
Kondisi ini akan membuat minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tetap tinggi. Ahmad Parveez memperkirakan harga minyak sawit bakal diperdagangkan dalam kisaran 4.500 hingga 4.800 ringgit (setara US$1.018 hingga US$1.086) per ton sepanjang paruh pertama tahun ini. Pada Jumat lalu, harga minyak sawit ditutup di angka 4.664 ringgit per ton.
MPOB bulan lalu memperkirakan bahwa produksi minyak sawit Malaysia akan mencapai 19,5 juta ton tahun ini, meningkat 0,8% dari 2024. Namun, banjir yang berkepanjangan atau curah hujan yang lebih parah dapat mengancam estimasi tersebut, kata Ahmad Parveez. Dia menambahkan negara bagian di Semenanjung Malaysia seperti Johor, Pahang, dan Perak menghadapi dampak terbesar akibat cuaca buruk sebelumnya.
Beberapa wilayah di Sarawak diperkirakan masih akan menerima curah hujan setidaknya 100 milimeter di atas rata-rata hingga 8 Maret 2025, menurut US Climate Prediction Center. Sabah juga diperkirakan akan mengalami curah hujan yang sedikit di atas normal selama periode tersebut.
Gangguan cuaca ini telah menimbulkan kekhawatiran terhadap ketersediaan minyak sawit menjelang perayaan Ramadan dan Idulfitri, yang umumnya diikuti dengan kenaikan konsumsi.
Namun, permintaan musiman diperkirakan akan mereda setelah Maret, dan produksi diperkirakan berangsur pulih pada paruh kedua tahun ini, kata Ahmad Parveez. Impor dari pembeli utama India juga dapat menurun seiring dengan meningkatnya pangsa pasar minyak kedelai dibandingkan minyak sawit, karena harga keduanya saat ini hampir setara.