Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembiayaan Rendah Karbon Bank Jumbo Masih Jauh dari Harapan

Laporan BloombergNEF memperlihatkan bahwa rasio pembiayaan rendah karbon di antara bank-bank jumbo masih jauh dari ideal
Ilustrasi ekonomi rendah karbon
Ilustrasi ekonomi rendah karbon

Bisnis.com, JAKARTA — Realisasi pembiayaan rendah karbon di kalangan bank-bank terbesar dunia memperlihatkan perkembangan yang masih jauh dari ekspektasi.

Rasio investasi perbankan dalam infrastruktur rendah karbon terhadap proyek bahan bakar fosil harus mencapai 4 banding 1 pada 2030 untuk membatasi perubahan iklim, menurut BloombergNEF.

Namun sampai akhir 2023, rasio ini berada di level 0,89 banding 1. Angka rasio tersebut naik dari 0,74 pada 2022 dan 0,78 pada 2021.

“Metrik ini bergerak ke arah yang benar, tetapi kami belum melihat peningkatan volume absolut dalam pembiayaan rendah karbon agar bisa membatasi pemanasan global hingga 1,5°C,” kata analis keuangan berkelanjutan BloombergNEF Trina White sebagaimana dilaporkan Bloomberg.

Perkembangan pembiayaan rendah karbon yang belum sesuai harapan ini terjadi ketika bank-bank ternama memutuskan hengkang dari aliansi iklim sektor keuangan terbesar. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen lembaga finansial dalam mengatasi perubahan iklim.

Sejauh ini, sejumlah bank investasi seperti JPMorgan Chase & Co. dan Citigroup Inc., telah menyatakan bahwa mereka akan terus membantu klien mereka dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Data terbaru dari BNEF menunjukkan beberapa tanda positif. Investasi dalam sektor energi rendah karbon untuk pertama kalinya melampaui aliran modal ke proyek minyak, gas, dan batu bara. Selain itu, pembiayaan bank untuk bahan bakar fosil mengalami penurunan pada 2023.

Namun, sebagian dari penurunan ini disebabkan oleh perubahan di China, di mana lebih banyak perusahaan beralih dari obligasi ke pinjaman. Padahal, data mengenai pinjaman lebih sulit untuk dilacak.

"Pembiayaan bank mencerminkan kondisi ekonomi riil dan pasar yang lebih luas," kata White. "Jika solusi rendah karbon terus meningkatkan profitabilitasnya, ini akan menjadi faktor utama dalam membuka lebih banyak pendanaan dan investasi."

Untuk mengukur jumlah belanja modal pada infrastruktur energi, BloombergNEF menggunakan apa yang disebut sebagai "rasio investasi pasokan energi" (Energy Supply Investment Ratio/ESIR) antara energi rendah karbon dan bahan bakar fosil. Pada akhir 2023, rasio ESIR adalah 1,11 banding 1, naik dari 1 banding 1 pada tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan, penelitian BNEF menambah bukti bahwa kemajuan pembiayaan hjau yang telah dicapai bank-bank hingga saat ini masih jauh dari cukup untuk mencapai tujuan nol emisi bersih pada 2050.

Laporan terbaru Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) memastikan bahwa pemanasan global telah melampaui 1,5°C secara tahunan untuk pertama kalinya pada 2024. Hal ini merupakan bukti paling kuat bahwa negara-negara telah gagal dalam memenuhi target pembatasan pemanasan global sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Paris.

Sejak Perjanjian Paris ditandatangani pada akhir 2015, hampir US$6 triliun dalam bentuk obligasi dan pinjaman telah dikucurkan untuk bisnis yang berfokus pada hidrokarbon, dibandingkan dengan US$3,8 triliun yang dialokasikan untuk proyek energi terbarukan dan inisiatif ramah lingkungan lainnya, menurut data Bloomberg.

JPMorgan, bank penjamin emisi terbesar untuk sektor energi, memiliki rasio perbankan pasokan energi (Energy Supply Banking Ratio/ESBR) sebesar 0,80 pada 2023. Angka ini lebih rendah dari BNP Paribas SA dan Bank of America Corp., tetapi lebih tinggi dibandingkan Wells Fargo & Co. yang memiliki rasio 0,52 serta Citigroup dengan 0,75. BNP Paribas memiliki ESBR tertinggi di antara 10 bank terbesar, yakni 3,18, menurut laporan BNEF.

Bank-bank menghadapi kritik tajam karena terus meraih keuntungan besar dari kemitraan mereka dengan industri minyak dan gas di tengah krisis iklim global. Di tengah kritik ini, para eksekutif industri berusaha membela diri dengan menyatakan bahwa mereka ingin membantu transisi menuju ekonomi rendah karbon dengan tetap terlibat dengan klien mereka di sektor minyak, gas, dan batu bara.

Analisis BNEF menemukan bahwa pembiayaan bank untuk pasokan energi bahan bakar fosil dan rendah karbon mencapai total US$1,6 triliun pada 2023, turun dari US$1,8 triliun pada tahun sebelumnya. Dari angka 2023 tersebut, BNEF menghasilkan rasio perbankan pasokan energi sebesar 0,89 untuk industri ini.

Di antara bank-bank terbesar, BNP Paribas memiliki ESBR yang paling mendekati target 4,0. NatWest Group Plc berada di peringkat kedua dengan rasio 2,24. Royal Bank of Canada memiliki rasio terendah di antara pemberi pinjaman terbesar dunia, yakni 0,47.

Secara regional, bank-bank di Amerika Utara menyumbang porsi terbesar dalam pembiayaan pasokan energi. Rata-rata ESBR mereka sekitar 0,7 pada akhir 2023, dibandingkan dengan 1,5 untuk bank-bank berbasis di Eropa.

Bank-bank China terus mendominasi pasar pembiayaan batu bara, dengan mendanai sekitar 66% dari total US$94 miliar yang mengalir ke sektor tersebut pada 2023, menurut laporan BNEF. AS berada di posisi kedua, diikuti oleh Pakistan dan Singapura.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper