Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Pasar Karbon Global 2025 yang Perlu Diantisipasi Indonesia

Sejumlah perkembangan penting pasar karbon global bakal terjadi pada 2025, hal ini diperkirakan bakal menyemarakkan perdagangan aset ini
Lahan gambut di Muara Dua, Kalimantan Tengah. Kawasan Rimba Raya telah menyediakan offset karbon untuk perusahaan yang ingin mengurangi emisinya./Bloomberg-Muhammad Fadli
Lahan gambut di Muara Dua, Kalimantan Tengah. Kawasan Rimba Raya telah menyediakan offset karbon untuk perusahaan yang ingin mengurangi emisinya./Bloomberg-Muhammad Fadli

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar karbon global diprediksi menghadapi perkembangan signifikan pada 2025. Proyeksi ini sejalan dengan transaksi kredit karbon yang makin terhubung antarnegara.

Belum lama ini, Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) memfasilitasi perdagangan kredit karbon internasional untuk kali pertama. Beberapa bulan sebelumnya, konferensi iklim COP29 di Baku, Azerbaijan menyepakati sistem perdagangan karbon global untuk mengurangi emisi, sebagaimana tertuang dalam Pasal 6 Perjanjian Paris.

Terbukanya pintu perdagangan karbon lintas negara bakal menjadi narasi utama menjelang COP30 di Belem, Brasil November mendatang. Pertemuan tersebut diperkirakan bakal menghasilkan aturan paling rinci untuk memfasilitasi perdagangan karbon global, sehingga menarik minat yang lebih luas dari investor.

Uni Eropa juga tidak absen dengan pasar karbonnya. Kawasan ini bakal memulai perdagangan dalam skema Emissions Trading System (ETS2) dua tahun sebelum peluncuran resmi dan menerapkan mekanisme pajak karbon lintas batas (Carbon Border Adjustment Mechanism/CBAM).

China maupun Eropa akan memperluas aturan cap-and-trade ke industri baru, sementara pasar karbon baru akan muncul di berbagai negara, mulai dari Brasil hingga Vietnam dan New York. 

BloombergNEF berpandangan reformasi pada program yang sudah ada akan mendorong dekarbonisasi lebih cepat dan berpotensi mengerek naik harga karbon.

“Semua perkembangan ini makin memperkuat posisi perdagangan karbon sebagai alat penting dalam transisi energi,” tulis BloombergNEF dalam riset yang dikutip Kamis (30/1/2025).

Berikut adalah sejumlah perkembangan utama pasar karbon global yang perlu diantisipasi pada 2025.

Brasil sebagai Pusat Perdagangan Kredit Karbon Global

BloombergNEF memperkirakan Brasil akan menjadi pusat utama perkembangan pasar kredit karbon pada 2025, baik di tingkat domestik maupun internasional. Hal ini tidak lepas dari perannya sebagai tuan rumah COP30 pada November mendatang.

Menindaklanjuti kesepakatan sistem perdagangan karbon global yang dicapai pada COP29, Badan Pengawas PBB beranggotakan 12 orang dibentuk. Mereka bertugas mengembangkan persyaratan serta proses perdagangan karbon global.

Sebagai tuan rumah, Brasil mengajukan persyaratan terkait standar kelayakan, pedoman penilaian, proses otorisasi, serta pengembangan registri pusat.

Jika Badan Pengawas berhasil menyelesaikan tugasnya, pasar karbon global berdasarkan Pasal 6.4 Perjanjian Paris dapat mulai beroperasi di Brasil.

Bersamaan dengan itu, Brasil juga mengesahkan undang-undang tentang pasar karbon yang diatur pada Desember 2024. Rincian kebijakan ini akan difinalisasi pada 2025 menjelang COP30, dengan target operasi penuh pada 2030.

BloombergNEF memperkirakan Brasil memiliki potensi untuk menciptakan 30,5 miliar kredit karbon berbasis alam hingga 2050 dengan investasi yang tepat. Hal ini menjadikan negara tersebut sebagai kunci dalam keberhasilan mekanisme perdagangan karbon global di bawah Pasal 6.4.

Kontrak Penghapusan Karbon Naik Dua Kali Lipat

Tren pembelian kredit karbon di kalangan perusahaan kini beralih ke kontrak penghapusan karbon dari atmosfer, alih-alih hanya untuk pengurangan emisi. Tren ini didorong oleh meningkatnya perhatian terhadap risiko perubahan iklim, seperti kerusakan akibat kebakaran hutan dan intesitas cuaca ekstrem yang meningkat.

BloombergNEF mencatat volume kontrak baru untuk kredit penghapusan karbon meningkat 74% pada 2024. Volume kontrak diperkirakan akan naik dua kali lipat pada 2025, didorong oleh penurunan biaya serta inovasi dalam mekanisme kontrak.

Pada 2024, volume kontrak kredit penghapusan karbon mencapai 7,8 juta ton, naik dari 4,5 juta ton pada 2023.

Microsoft menjadi pembeli terbesar dengan hampir dua pertiga dari total kontrak baru, yakni 5,1 juta kredit penghapusan karbon. Perusahaan teknologi itu kini memiliki total 8,2 juta kredit penghapusan karbon. Kemudian Frontier Fund dan Airbus menyusul di peringkat dua dan tiga dengan kontrak masing-masing sebesar 700.000 dan 400.000 kredit.

Bioenergy with Carbon Capture and Storage (BECCS) menjadi mekanisme kredit paling populer dalam sektor penghapusan karbon dengan total 7,6 juta kontrak hingga saat ini, disusul oleh teknologi Direct Air Capture (DAC) dengan 1,9 juta kontrak.

Kebangkitan Pajak Karbon Lintas Negara

Tarif baru pada barang impor berdasarkan emisi karbonnya bakal diterapkan di bawah mekanisme CBAM Uni Eropa mulai Januari 2026.

Seiring dengan persiapan Uni Eropa dan perusahaan internasional untuk menerapkan kebijakan ini, negara-negara lain kemungkinan besar akan mempercepat kebijakan serupa, dengan setidaknya satu negara diperkirakan akan mengumumkan pasar karbon sebagai respons terhadap CBAM.

Tren ini mulai terlihat di kawasan Asia Tenggara, di mana Indonesia, Vietnam, dan Malaysia sedang mengembangkan pajak karbon atau pasar karbon yang diatur. Brasil dan India juga diperkirakan akan membuat kemajuan besar dalam regulasi pasar karbon mereka pada 2025, sebagian merupakan respons terhadap CBAM.

Meskipun skema karbon yang setara akan dikecualikan dari CBAM, sebagian besar negara masih kesulitan menaikkan harga karbon hingga menyamai tarif Uni Eropa. Artinya, mereka tetap harus menanggung sebagian besar biaya yang dikenakan oleh CBAM. BloombergNEF memperkirakan harga karbon di Uni Eropa akan mencapai 177 euro per metrik ton CO₂e atau sekitar US$$182 per ton pada 2035 ketika CBAM sepenuhnya diterapkan.

Potensi Kenaikan Harga Karbon China

Harga karbon di China diperkirakan akan meningkat tahun ini seiring dengan diperluasnya cakupan sistem ETS dan berkurangnya pasokan izin emisi.

Pada 2024, China memperluas pasar karbon yang diaturnya untuk mencakup industri baja, aluminium, dan semen, dengan masa transisi dimulai pada 2025. Saat ini, ETS China hanya mencakup sektor kelistrikan, yang menyumbang 49% dari total emisi nasional pada 2024. 

Dengan perluasan cakupan, sistem ini akan mencakup 67% dari total emisi, dengan sektor baja sebagai penyumbang utama sebesar 13% dari total emisi negara tersebut.

Asap emisi dari kawasan Ningbo, Provinsi Zhejiang, China./Bloomberg-Qilai Shen
Asap emisi dari kawasan Ningbo, Provinsi Zhejiang, China./Bloomberg-Qilai Shen

Tidak akan ada lonjakan harga yang drastis dalam ETS China dalam waktu dekat karena pemerintah masih memberikan alokasi izin gratis bagi sektor industri hingga 2026. Namun, 2025 diperkirakan akan menjadi awal dari tekanan kenaikan harga karbon yang lebih besar.

Dekarbonisasi sektor baja, aluminium, dan semen di China terbilang sulit dan mahal, menurut BloombergNEF. Biaya untuk mengurangi emisi dari sektor-sektor ini berkisar antara 530 yuan per metrik ton atau sekitar US$68 per ton hingga 2.000 yuan per ton.

Besaran biaya tersebut akan tergantung pada metode yang digunakan, mulai dari proyek penangkapan karbon hingga daur ulang aluminium dengan fasilitas penangkapan karbon terkait.

“Makin ketatnya aturan alokasi izin emisi, permintaan untuk membeli izin karbon di pasar akan meningkat pesat setelah periode alokasi gratis berakhir, yang kemungkinan besar akan mendorong harga karbon ke level yang lebih tinggi dalam beberapa tahun mendatang,” tulis BloombergNEF.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper