Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan yang punya inisiatif dalam upaya dekarbonisasi diproyeksi memiliki daya saing lebih tinggi. Industri yang berorientasi pada keberlanjutan cenderung tangguh dalam menghadapi risiko bencana iklim, perubahan regulasi serta dinamika permintaan pasar global.
Koordinator Bidang Kerja Sama dan Investasi Aneka EBT Kementerian ESDM Praptono Adhi Sulistomo menjelaskan, sektor industri memberikan kontribusi signifikan sebesar 34% terhadap emisi gas rumah kaca (GRK), menjadikannya salah satu penyumbang utama dibanding sektor lainnya, seperti transportasi, energi, dan limbah.
Karena itulah, pemerintah mendorong agar dilakukan dekarbonisasi industri, baik dari sisi supply maupun demand, agar selaras dan dapat berkontribusi optimal dalam pencapaian target emisi nasional.
Untuk mencapai target, kami membutuhkan dukungan semua pihak, termasuk dari kalangan industri,” kata Adhi, dalam keterangan resmi, Jumat (17/1/2025).
Salah satu komitmen mendorong efisiensi energi datang dari PT Schneider Indonesia. Induk usaha yang berbasis di Jerman ini, melakukan efisiensi di pabriknya di Batam dengan memangkas kebutuhan energi hingga 15% dibandingkan dengan baseline data pada 2019.
“Hal itu dicapai setelah kami memahami data konsumsi energi perusahaannya melalui pemasangan perangkat lunak manajemen energi, menganalisa data pemakaian energi dan dilanjutkan dengan melakukan inisiatif efisiensi,” ujar Sustainability Business Consultant PT Schneider Indonesia Christian Soeryoatmodjo.
Baca Juga
Selain mendorong efisiensi operasional, ada sejumlah keuntungan yang dicapai industri yang lebih dulu memulai dekarbonisasi.
Manajer Engagement untuk Energi dan Bisnis Berkelanjutan World Resource Institute (WRI) Arif Fajar Utomo mengatakan keuntungan yang dapat dicapai mencakup peningkatan daya saing melalui efisiensi proses dan energi, peningkatan pendapatan, penguatan citra perusahaan hingga kepatuhan terhadap regulasi termasuk batasan perdagangan yang semakin mendukung dengan arah emisi nol bersih.
“Peningkatan kinerja lebih besar daripada perusahaan yang hanya menjadi pengikut dan bahkan terlambat dalam mengimplementasikan dekarbonisasi industri,” ujarnya.
Keuntungan-keuntungan tersebut merujuk pada sejumlah riset yang mengungkapkan, gaya hidup berkelanjutan telah menarik perhatian konsumen dan mereka rela membayar lebih untuk membeli produk ramah lingkungan.
Mengutip, riset yang dilakukan Bain and Company Brief pada 2022 menunjukkan, pertumbuhan profit perusahaan yang telah menjadi pionir dalam dekarbonisasi industri mencapai 25%—30% pada 2021 hingga 2050.