Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia setidaknya membutuhkan investasi sebesar US$235 miliar atau sekitar Rp3.700 triliun untuk merealisasikan proyek-proyek transisi energi bersih dan penurunan emisi karbon.
Nilai fantastis ini diungkapkan Adik Presiden Prabowo Subianto sekaligus Ketua Delegasi Indonesia untuk COP29 Hashim Djojohadikusumo dalam pidatonya di World Leaders Climate Action Summit pada Selasa (12/11/2024) di Baku, Azerbaijan.
Hashim mengatakan Indonesia memiliki target reforestasi lebih dari 12 juta hektare (ha) hutan yang rusak secara bertahap, merevitalisasi lahan yang terdegradasi untuk meningkatkan produksi pangan, melindungi lautan demi terciptanya ekonomi biru yang menyejahterakan, dan memberdayakan masyarakat lokal demi ketahanan iklim serta lapangan kerja ramah lingkungan yang berkualitas.
“Upaya tersebut memerlukan faktor pendukung yakni kerangka kebijakan pertumbuhan hijau yang komprehensif, investasi masif senilai US$235 miliar dan kolaborasi internasional,” kata Hashim.
Oleh karena itu, dia mengajak negara-negara maupun sektor privat untuk memobilisasi sumber daya global seperti teknologi, pendanaan dan finansial.
Ajakan Hashim kepada komunitas internasional untuk berinvestasi di proyek-proyek mitigasi dampak perubahan iklim dan keberlanjutan tidak kali ini saja disampaikan. Seruan serupa juga disampaikan dalam pembukaan paviliun Indonesia pada hari pertama COP29.
Baca Juga
“Proyek-proyek ini memerlukan biaya besar yang tidak mungkin hanya berasal dari anggaran pemerintah. Oleh karena itu, di sini saya mengundang pihak yang berminat untuk berinvestasi,” kata dia.
Hashim mengemukakan organisasi filantropi milik bos Amazon Jeff Bezos, Bezos Earth Fund, telah menyatakan minat untuk berinvestasi di proyek ‘hijau’ Indonesia. Selain itu, sejumlah perusahaan multinasional dia sebut telah menyampaikan ketertarikan untuk berinvestasi dalam pengembangan teknologi carbon capture storage di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah ExxonMobil dan British Petroleum (BP).
“Kami sangat menyambut partisipasi berbagai pihak karena ini bukan hanya isu Indonesia tetapi isu global,” kata dia.
Selain target reforestasi dan pengembangan carbon capture storage, pemerintahan Prabowo Subianto juga menargetkan penambahan kapasitas energi sebanyak 100 gigawatt dalam 15 tahun ke depan. Dari kapasitas tersebut, 75% di antaranya ditargetkan berasal dari sumber-sumber terbarukan seperti tenaga surya, angin, panas bumi dan air.