Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jurus Korporasi Mitigasi Krisis Iklim di COP29

Pimpinan korporasi dari berbagai sektor di Indonesia membagikan serangkaian upaya dalam menghadapi krisis iklim dan pencapaian target penurunan emisi karbon.
Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk. Amri Siahaan, Direktur PT Astra International Tbk. Gita Tiffani Boer, Presiden Direktur PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmat Pribadi, Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp & Paper Sihol Aritonang, dan CEO PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) Febriany Eddy dalam talkshow bertema CEO Dialoque on Climate Action seusai pembukaan paviliun RI dalam gelaran COP29 di Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024).
Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk. Amri Siahaan, Direktur PT Astra International Tbk. Gita Tiffani Boer, Presiden Direktur PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmat Pribadi, Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp & Paper Sihol Aritonang, dan CEO PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) Febriany Eddy dalam talkshow bertema CEO Dialoque on Climate Action seusai pembukaan paviliun RI dalam gelaran COP29 di Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024).

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pimpinan korporasi Indonesia membagikan inisiasi dan rencana aksi perusahaan dalam menghadapi tantangan krisis iklim dan penurunan emisi dalam COP29 yang digelar di Baku, Azerbaijan.

Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) Amri Siahaan dalam paparannya di CEO Dialogue on Climate Action pada Senin (11/11/2024) mengemukakan sejumlah komitmen perusahaan dalam dekarbonisasi atau penurunan emisi karbon. Target ini mencakup pengurangan emisi karbon sebesar 20% pada 2025, 30% pada 2030. Sejauh ini, target 2025 telah dicapai pada 2023.

“Kami juga melakukan transisi ke energi rendah karbon yang diawali dengan listrik bertenaga gas. Kami juga berinvestasi lebih di energi terbarukan,” papar Amri.

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Astra International Tbk. (ASII) Gita Tiffani Boer mengatakan pendekatan keberlanjutan telah terintegtasi dalam strategi bisnis ASII sejak 2022. Hal ini tecermin dari target penurunan emisi yang tertuang dalam Astra 2030 Sustainability Aspirations.

Dalam komitmen tersebut, Grup Astra menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 30% dan menambah kontribusi energi terbarukan dalam operasional Grup sampai 50%. Selain itu, Astra juga berupaya mengurangi ketergantungan pada bisnis komoditas fosil dengan target perluasan bisnis non-batu bara hingga 88%.

“Lewat aspirasi ini kami ingin turut berkontribusi dalam NDC [Nationally Determined Contribution]. Kami berkontribusi lewat tiga aspek yakni energi, limbah dan kehutanan serta penggunaan lahan,” kata Gita.

Sampai saat ini, Grup Astra telah mengurangi emisi sebesar 13,96% dibandingkan dengan posisi 2019. Selain itu, 44,63% pasokan energi Grup Astra saat ini berasal dari sumber energi terbarukan.

“Kami juga mendukung upaya dekarbonisasi melalui transisi ke kendaraan listrik. Per September 2024, pangsa pasar xEV Astra mencapai 38%,” lanjut Gita.

Presiden Direktur PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmat Pribadi turut membagikan arah bisnis produsen pupuk terbesar di Asia Pasifik tersebut. Dia mengemukakan bahwa pasar pupuk kini mulai bergeser ke produk yang lebih ramah lingkungan dengan jejak karbon yang lebih rendah atau disebut blue ammonia dan green ammonia. Sampai 2050, Pupuk Indonesia menargetkan kapasitas produksi blue ammonia dan green ammonia akan mendominasi sampai dengan 80%. 

“Fokus kami pada amonia yang lebih bersih sejalan dengan misi kami untuk memastikan pasokan pupuk yang stabil dan berkelanjutan untuk keamanan pangan dan energi nasional,” kata Rahmat.

Adapun Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp & Paper Sihol Aritonang mengemukakan bahwa perusahaan berkomitmen untuk tidak melakukan perluasan area hutan industri dan berfokus pada peningkatan produktivitas hutan yang dikelola. Saat ini, Riau Andalan Pulp & Paper mengelola area hutan produksi dengan luas 454.045 hektare.

CEO PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany Eddy pada dialog ini juga membagikan perkembangan terbaru komitmen Vale terhadap target penurunan emisi karbon. Teranyar, menandatangani kerja sama dengan GEM CO., Ltd untuk pembangunan smelter berteknologi High-Pressure Acid Leaching (HPAL).  Kerja sama proyek smelter HPAL dengan nilai US$1,4 miliar itu ditandatangani saat Forum Bisnis Indonesia-China di Hotel The Peninsula, Beijing, Minggu (10/11/2024). 

“Ini akan menjadi smelter HPAL pertama yang dikembangkan dengan komitmen net zero sejak hari pertama pengembangan,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper