Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Delegasi Indonesia untuk COP29 Hashim Djojohadikusumo mengungkap sejumlah komitmen dan kebijakan iklim terbaru yang disiapkan pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto.
Hal ini dikemukakan Hashim ketika membuka paviliun Indonesia dalam gelaran COP29 pada Senin (11/11/2024). Konferensi iklim negara-negara peratifikasi United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) itu berlangsung di Baku, Azerbaijan sampai 22 November 2024.
Dalam kesempatan tersebut, Hashim kembali menyampaikan komitmen Indonesia untuk merealisasikan kesepakatan terkait iklim dan lingkungan yang telah dicapai pada masa pemerintahan sebelumnya.
“Indonesia ingin kembali menekankan komitmen pemerintahan Prabowo untuk melaksanakan komitmen yang telah dicapai pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Megawati,” kata Hashim.
Pada kesempatan tersebut, Hashim juga membocorkan sejumlah inisiasi dan pesan yang dititipkan Prabowo soal arah kebijakan lingkungan Indonesia. Sebagaimana diketahui, Prabowo tidak bisa hadir langsung dalam COP karena kunjungan kenegaraan ke negara mitra seperti China dan Amerika Serikat.
Salah satu kebijakan yang disiapkan untuk memastikan komitmen Indonesia dalam pengurangan emisi dan transisi ke energi bersih, kata Hashim, mencakup rencana untuk membangun pembangkit listrik baru dengan kapasitas energi 100 gigawatt dalam 15 tahun ke depan. Dari target tersebut, 75% di antaranya akan bersumber dari energi baru terbarukan yang mencakup energi surya, air, panas bumi dan nuklir.
Baca Juga
Ada pula komitmen Indonesia untuk mengembangkan carbon capture and storage atau penyerapan karbon. Hashim mengatakan rencana ini didukung oleh potensi akuifer garam (saline aquifers) yang besar. Sebagai catatan, saline aquifers merupakan lapisan bawah tanah yang mengandung air asin dengan kadar garam tinggi. Air ini memiliki potensi sebagai tempat penyimpanan karbon dioksida (CO2).
“Kami estimasi kapasitas penyimpanan karbon kita mencapai 500 miliar ton CO2. Sebagai perbandingan betapa besarnya kapasitas ini, emisi karbon negara tetangga Singapura adalah 40 juta ton per tahun,” lanjutnya.
Hashim mengatakan sejumlah perusahaan multinasional telah menyampaikan ketertarikan untuk berinvestasi dalam pengembangan penyerapan karbon ini. Beberapa di antaranya adalah ExxonMobil dan British Petroleum (BP).
COP29 juga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menyatakan kesiapannya dalam perdagangan karbon global. Hashim mengatakan selama kurun 2018-2020, Indonesia telah menyerap 577 juta ton karbon. Kredit penyerapan karbon tersebut siap ditawarkan kepada negara-negara atau korporasi.
“Beberapa negara telah menyatakan ketertarikan untuk membeli, seperti Kerajaan Norwegia dengan komitmen 300 juta ton. Negara Teluk juga menawarkan untuk membeli 287 juta ton karbon dan Kementerian Lingkungan Hidup juga menyiapkan kesiapan karbon kredit sebanyak 600 juta ton yang akan ditawarkan dalam dua bulan ke depan,” paparnya.
Inisiasi Indonesia juga mencakup rencana untuk penanaman 12,7 juta hektare hutan tropis yang mengalami kerusakan imbas dari bencana kebakaran lahan. Untuk merealisasikan komitmen ini, Hashim menyebutkan Indonesia memerlukan dukungan pendonor, baik dari negara mitra maupun organisasi nirlaba.