Bisnis.com, JAKARTA — Dana iklim tertua di dunia, Global Environment Facility (GEF), berencana merilis obligasi konservasi margasatwa baru untuk mendukung negara-negara di Afrika melindungi satwa liar dan ekosistem yang terancam punah.
Obligasi margasatwa (wildlife bonds), yang menyediakan pendanaan murah dengan imbal balik dari upaya pengurangan perburuan liar atau langkah konservasi lainnya, pertama kali diperkenalkan pada 2022 lewat rhino bond yang didukung Bank Dunia.
Sejak saat itu, berbagai skema serupa bermunculan, seperti obligasi untuk perlindungan simpanse di Rwanda tahun lalu dan konservasi lemur di Madagaskar yang pendanaannya disetujui GEF bulan lalu.
Fred Boltz, kepala program GEF yang terafiliasi dengan Bank Dunia, mengatakan kepada Reuters di sela-sela pertemuan menteri lingkungan Afrika bahwa pihaknya menargetkan penerbitan obligasi ini untuk masing-masing dari 54 negara di Afrika.
Langkah tersebut akan membutuhkan investasi awal sebesar US$150 juta dari GEF, yang kemudian akan digunakan sebagai jaminan untuk memobilisasi pembiayaan konservasi hingga US$1,5 miliar melalui skema utang lainnya.
Menurut para pakar pembiayaan iklim, utang dari obligasi margasatwa umumnya tidak tercatat sebagai beban fiskal negara penerima, sehingga dapat menjadi sumber pendanaan vital bagi negara-negara miskin tanpa menambah utang publik secara langsung.
Baca Juga
Obligasi ini biasanya menyasar spesies ikonik guna menarik minat investor spesialis dan filantropis kaya. Pembayaran imbal hasil dari obligasi ini akan dikaitkan langsung dengan capaian konservasi, di mana makin baik hasilnya, makin sedikit pembayaran yang dibutuhkan dari pihak pemerintah.
“Namun, GEF kini berharap pendekatan ini dapat diperluas untuk mencakup seluruh ekosistem, seperti lahan basah,” ujar Boltz, dikutip dari Reuters, Jumat (18/7/2025).
Dorongan dari lembaga yang dibentuk pasca Earth Summit di Rio pada 1992 ini muncul di tengah pemotongan dana bantuan pembangunan oleh Amerika Serikat dan negara ekonomi besar lain yang berpotensi mengancam keberlangsungan sejumlah proyek konservasi.
“Banyak negara menyampaikan bahwa dalam situasi sulit terkait pendanaan bantuan resmi saat ini, mempertahankan tingkat pengisian dana seperti sebelumnya bisa menjadi tantangan. Maka kami perlu mencari cara untuk mencapai lebih banyak dana dengan sumber daya yang lebih sedikit,” katanya.
Secara keseluruhan, GEF telah menginvestasikan US$7,7 miliar di Afrika untuk berbagai proyek, termasuk dana sekitar US$85 juta untuk memerangi penggurunan di kawasan Sahel.
GEF saat ini sedang mendorong para donor untuk kembali menyalurkan dukungan pendanaan guna mendukung siklus program empat tahun berikutnya yang akan dimulai tahun depan.
Pada putaran pendanaan terakhir, GEF berhasil mengumpulkan US$5,3 miliar. Angka itu naik lebih dari 30% dibandingkan dengan periode sebelumnya dan didukung oleh lonjakan dukungan internasional terhadap target-target iklim dan keanekaragaman hayati. Pendanaan itu berasal dari 29 negara, dengan Amerika Serikat sebagai salah satu penyumbang terbesar dengan nilai US$700 juta.