Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hashim Djojohadikusumo: Tarif AS Bisa Ganggu Upaya RI Kurangi Emisi

Hashim Djojohadikusumo membeberkan dampak kebijakan tarif perdagangan AS terhadap aksi iklim atau upaya pengurangan emisi Indonesia.
Ketua Satgas Perumahan sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo. - BISNIS/Alifian Asmaaysi.
Ketua Satgas Perumahan sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo. - BISNIS/Alifian Asmaaysi.

Bisnis.com, JAKARTA — Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden RI Prabowo Subianto, yang juga merupakan Utusan Khusus Presiden bidang Perubahan Iklim dan Energi membeberkan terkait dampak kebijakan tarif perdagangan AS terhadap aksi iklim atau upaya pengurangan emisi.

Dalam acara Peluncuran Pasar Renewable Energy Certificate dan Sinergi Ekosistem Pasar Derivatif, Hashim bercerita bahwa Indonesia sudah mendapatkan pemberitahuan keras dari Presiden AS Donald Trump soal tarif resiprokal yang dikenakan sebesar 32%. Indonesia kemudian diberikan tenggat waktu sampai 1 Agustus 2025.

"Diberikan waktu sampai 1 Agustus untuk rampungkan. Menko Perekonomian [Airlangga Hartarto] sedang sibuk siapkan proposal penawaran kita yang final. Diberikan waktu sekitar 20 hari lagi," kata Hashim dalam sambutannya di acara Peluncuran Pasar Renewable Energy Certificate dan Sinergi Ekosistem Pasar Derivatif, Rabu (9/7/2025).

Indonesia pun telah menawarkan untuk meningkatkan pembelian dan impor barang AS agar menyeimbangkan neraca perdagangan antar kedua negara. Indonesia berencana melakukan pembelian produk energi (crude oil, LPG, dan gasoline).

Adapun, seiring dengan kebijakan tarif impor AS itu, menurutnya dampak negatif akan juga dirasakan terhadap aksi iklim dan langkah pengurangan emisi.

"Ini [kebijakan tarif impor AS] menunjukan semua ada keterkaitan. Pasti ada dampak negatif ke iklim kita. Pasti ada dampak ke upaya pengurangan emisi kita," ujar Hashim.

Kebijakan tarif impor AS dan kekhawatiran perang dagang memang dinilai akan meningkatkan biaya komponen-komponen untuk teknologi energi bersih yang kemudian menghambat upaya pengurangan emisi. Apalagi, proyek transisi hijau melibatkan investasi besar dalam infrastruktur yang membutuhkan pengembalian biaya dalam jangka panjang.

Di sisi lain, menurutnya saat ini dirinya selaku Utusan Khusus Presiden bidang Perubahan Iklim dan Energi tengah berupaya mempersiapkan langkah pengurangan emisi Indonesia. Terdekat, Indonesia akan terlibat dalam COP30 di Brasil.

"Beberapa bulan lagi saya terlibat dalam COP30 yang berlangsung di Brasil. Dalam hal ini saya siapkan NDC [nationally determined contributions]," kata Hashim. 

NDC merupakan rencana aksi iklim yang ditetapkan secara nasional oleh masing-masing negara dan menjadi bagian dari upaya global dalam menangani perubahan iklim. NDC berisi komitmen negara dalam mengurangi emisi. Namun, dia menilai tantangan datang seiring dengan adanya kebijakan tarif AS.

"Masalah ini [pengurangan emisi] menjadi suatu komplikasi atau menghadapi gangguan dengan adanya kebijakan tarif," ujar Hashim.

Hashim juga bercerita terkait alasan dirinya ditugaskan oleh Presiden RI, yang merupakan kakaknya untuk menjadi Utusan Khusus Presiden bidang Perubahan Iklim dan Energi. Menurutnya, Presiden tahu persis bahwa Hashim sangat peduli dan memperhatikan lingkungan hidup.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper