Bisnis.com, JAKARTA — PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memproduksi green coke sebagai upaya mendukung penggunaan energi hijau.
Green coke atau green petroleum coke merupakan residu padat karbon berwarna hitam hasil proses pemanasan lanjut dari hidrokarbon residu pada temperatur tinggi di unit kilang, khususnya dari unit delayed coker.
Baca Juga
Green coke merupakan produk sampingan dari proses penyulingan minyak mentah. Tidak seperti batu bara, Green Coke memiliki kandungan sulfur dan logam berat yang lebih rendah, sehingga lebih ramah lingkungan. Produk ini biasanya digunakan dalam industri aluminium dan sebagai bahan bakar alternatif di berbagai sektor industri.
Pjs Corporate Secretary KPI Muttaqin Showwabi mengatakan awalnya tidak memiliki nilai, namun residu tersebut kemudian diolah menjadi green coke yang merupakan produk yang banyak dibutuhkan industri.
"Green coke sebagai salah satu produk yang diproduksi KPI menjadi bagian penting dalam mendukung agenda hilirisasi nasional, membuka peluang investasi, serta memperkuat daya saing Indonesia di pasar regional dan global," katanya melalui keterangan resmi dikutip Sabtu (5/7/2025).
Muttaqin menuturkan Kilang Dumai saat ini menjadi satu-satunya unit operasi KPI yang memproduksi green coke untuk pasar nasional. Menurutnya, tingginya permintaan mendorong peningkatan produksi.
Dia merinci, Kilang Dumai mencatat produksi mencapai sekitar 244,4 ribu ton green coke pada 2024. Sementara hingga kuartal pertama 2025, jumlah produksi green coke di Kilang Dumai mencapai sekitar 49,6 ribu ton.
"Kami terus meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan industri, sekaligus mendorong perputaran ekonomi agar lebih memberikan manfaat bagi banyak pihak," ucap Muttaqin.
Dia mengatakan penggunaan green coke cukup luas. Green coke dipergunakan juga dalam proses untuk menghasilkan berbagai produk yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya terkait dengan industri alumunium dan logam.
Produk ini dipergunakan untuk bahan baku calcined coke, yang digunakan sebagai bahan pengurai pada pabrik aluminium, reduktor dalam proses peleburan timah, bahan penambah kadar karbon pada industri logam atau pelebur baja, dan bahan bakar pada industri semen dan pembangkit listrik.
Menariknya, green coke kini juga digunakan dalam pembuatan Anoda Grafit Aritifisial yang merupakan salah satu komponen baterai yang digunakan dalam mobil listrik.
Muttaqin melanjutkan, green coke bisa menjadi bahan bakar industri alternatif yang lebih ramah lingkungan. Sebab, kandungan sulfur dan nitrogen yang lebih rendah membuatnya menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih sedikit saat dibakar.
Menurutnya, green coke yang diproduksi Kilang Dumai hadir dengan spesifikasi unggul, yaitu dengan kadar sulfur rendah sebesar 0,5% (Low Sulphur) dan Ash Content hanya 0,1%. Selain itu, green coke juga memiliki nilai kalori (Net Calorific Value) yang lebih tinggi yaitu sekitar 7500 - 8500 Cal/kg.
"Dengan kandungan sulfur yang lebih rendah berkontribusi pada kualitas udara yang lebih baik dan dampak lingkungan yang lebih rendah," tutur Muttaqin.