Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transisi Energi Global Melesat, Peningkatan Tercepat Sejak Pra Covid-19

Indeks Transisi Energi 2025 WEF, menilai kinerja sistem energi 118 negara berdasarkan tiga dimensi utama dan lima faktor kesiapan.
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)/ Bisnis - Puspa Larasati
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)/ Bisnis - Puspa Larasati

Bisnis.com, JAKARTA– Laporan terbaru World Economic Forum (WEF) 2025 menunjukkan adanya percepatan transisi energi global, namun kesenjangan investasi dan tantangan di negara berkembang dapat menghambat kemajuan. 

Meskipun 65% negara menunjukkan peningkatan dan 28% kemajuan di semua dimensi inti (keamanan, keberlanjutan, dan ekuitas), ketegangan geopolitik serta ketidakseimbangan investasi menjadi perhatian serius.

Indeks Transisi Energi 2025 WEF, yang dikembangkan bersama Accenture, menilai kinerja sistem energi 118 negara berdasarkan tiga dimensi utama dan lima faktor kesiapan. 

Peningkatan skor indeks sebesar 1,1% tahun-ke-tahun merupakan yang tercepat sejak pra Covid-19, didorong oleh kenaikan ekuitas dan keberlanjutan. 

"Namun, keamanan energi justru stagnan karena sistem tenaga yang tidak fleksibel dan ketergantungan impor," demikian bunyi laporan tersebut, dikutip Bisnis pada Selasa (1/7/2025).

Pada 2024, investasi energi bersih mencapai $2 triliun, namun emisi karbon juga mencapai rekor tertinggi 37,8 miliar ton, seiring lonjakan permintaan energi 2,2% akibat AI dan pusat data. 

Head of the Centre for Energy and Materials, World Economic Forum, Roberto Bocca, menyoroti perlunya investasi mendesak di negara-negara berkembang. 

"Kami melihat pendekatan yang lebih holistik dan kemajuan yang nyata. Sangat menggembirakan bahwa 28% negara, termasuk konsumen dan produsen energi utama seperti Brasil, China, AS, dan Nigeria, telah maju di berbagai dimensi," ujarnya. 

Di sisi lain, Muqsit Ashraf, Group Chief Executive for Accenture Strategy, mengatakan untuk mendorong transisi energi global langkah yang strategis adalah mendesak investasi di negara-negara berkembang yang tumbuh pesat.

 "AI adalah teknologi paling transformatif dalam hidup kita dan pengungkit terbesar untuk masa depan energi yang lebih cerdas, adaptif, dan tangguh," katanya. 

Negara-negara Nordik seperti Swedia, Finlandia, dan Denmark memimpin Indeks Transisi Energi karena komitmen kebijakan yang kuat dan sistem energi rendah karbon yang terdiversifikasi. 

Adapun China menempati peringkat ke-12 karena kepemimpinannya dalam inovasi dan investasi energi bersih, sementara Amerika Serikat berada di urutan ke-17 dan unggul dalam keamanan energi. 

Sementara India dan Uni Emirat Arab juga menunjukkan kemajuan signifikan dalam efisiensi energi dan infrastruktur.

Laporan ini menyoroti tiga prioritas utama untuk menjaga transisi energi tetap pada jalurnya: mendefinisikan ulang keamanan energi, mengoreksi ketidakseimbangan modal, dan mengatasi hambatan infrastruktur. 

Penting untuk menarik modal jangka panjang, memodernisasi infrastruktur, dan berinvestasi pada keterampilan tenaga kerja. 

"Sejak 2021, lebih dari 80% pertumbuhan permintaan energi berasal dari negara berkembang, tetapi lebih dari 90% investasi energi bersih telah terlihat di negara maju dan China, menunjukkan ketidakselarasan antara aliran modal dan permintaan di masa depan," demikian pernyataan dalam laporan tersebut.

Eropa berkembang mencatat keuntungan terkuat dengan kemajuan infrastruktur (+8,3%) dan ekuitas (+5,8%), sementara Asia berkembang, dipimpin oleh China dan Malaysia, melihat peningkatan regulasi dan investasi energi bersih. 

Afrika Sub-Sahara juga membuat kemajuan, dengan Nigeria menunjukkan peningkatan signifikan dari peringkat 109 pada 2016 menjadi 61 pada 2025. Tren ini menggarisbawahi dampak yang berkembang dari reformasi yang ditargetkan dan strategi transisi yang terlokalisasi di berbagai pasar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper