Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia berpeluang mengembangkan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala besar di atas lahan bekas tambang batu bara. Potensi kapasitas energi surya dari lahan tidak produktif itu diestimasi mencapai 60 gigawatt (GW), 100 kali lebih tinggi daripada kapasitas yang terpasang saat ini.
Laporan dari Global Energy Monitor (GEM) berjudul Bright Side of the Mine menempatkan Indonesia di peringkat kedua sebagai negara dengan potensi luas area terbesar untuk pengembangan energi surya di lahan bekas tambang batu bara. Sampai akhir 2030, setidaknya terdapat 26 tambang batu bara dengan luas 1.199 kilometer persegi yang akan ditutup di Indonesia.
Laporan GEM secara keseluruhan mengidentifikasi 446 tambang batu bara seluas 5.820 km persegi yang akan ditutup pada akhir dekade ini di berbagai wilayah. Area tersebut dinilai cocok untuk dialihfungsikan menjadi ladang energi surya, dengan potensi hampir 300 GW. Angka ini setara dengan 15% dari total kapasitas energi surya yang kini terpasang secara global.
Cheng Cheng Wu, Manajer Proyek Energy Transition Tracker di Global Energy Monitor, menyatakan bahwa aktivitas pertambangan batu bara memang menyisakan jejak kasat mata di muka bumi. Namun dia meyakini bahwa hal tersebut tak lantas menjadi penentu masa depan.
Menurutnya, transisi dari tambang batu bara menuju energi surya telah mulai berlangsung, dan potensi ini siap untuk dioptimalkan di negara-negara penghasil batu bara utama seperti Australia, Amerika Serikat, Indonesia, dan India.
“Alih fungsi tambang menjadi kawasan pengembangan energi surya menawarkan peluang langka untuk menyatukan upaya restorasi lahan, penciptaan lapangan kerja lokal, dan percepatan transisi energi bersih dalam satu kerangka strategi,” kata Wu dalam siaran pers, dikutip Kamis (19/6/2025).
Baca Juga
Indonesia sendiri memiliki prospek pengembangan ladang tenaga surya yang signifikan, terutama di dua provinsi penghasil batu bara utama, yakni Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, yang menjadi lokasi tambang-tambang yang akan segera berhenti beroperasi.
Meski demikian, realisasi dari potensi ini masih sangat terbatas. Dari estimasi kapasitas 60 GW yang dihitung, sejauh ini hanya PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang secara terbuka mengumumkan rencana konversi lahan bekas tambang menjadi proyek tenaga surya.
PTBA sempat mengumumkan rencana pengembangan tiga proyek PLTS di atas lahan bekas tambangnya di Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Timur, masing-masing dengan kapasitas potensial 200 megawatt (MW), 200 MW, dan 30 MW. Meski proyek-proyek tersebut diumumkan sejak 2021, tetapi belum ada kemajuan publik yang dilaporkan hingga kini, meskipun pihak perusahaan sempat menegaskan kembali komitmen mereka pada 2023.