Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gelombang Panas Ekstrem makin Sering, Negara Tropis Paling Rentan

Riset terbaru mengungkap bahwa jumlah hari dengan suhu 90% di atas rata-rata historis lebih banyak dalam setahun terakhir
Ilustrasi gelombang panas atau heatwave. Dok BMKG
Ilustrasi gelombang panas atau heatwave. Dok BMKG

Bisnis.com, JAKARTA — Laporan terbaru hasil kolaborasi World Weather Attribution, Climate Central dan Red Cross Climate Centre mengungkap bahwa 4 miliar penduduk atau sekitar setengah dari populasi dunia mengalami 30 hari tambahan dengan suhu panas ekstrem dalam kurun Mei 2024 sampai Mei 2025 karena perubahan iklim.

Indonesia dan Singapura mencatat tambahan 99 hari dengan suhu panas ekstrem selama periode tersebut. Sementara itu, negara-negara pulau di Pasifik dan Karibia seperti Barbados dan Haiti mengalami 120 hari tambahan dengan suhu panas ekstrem di atas rata-rata historis.

Para saintis mendefinisikan panas ekstrem sebagai hari dengan suhu yang 90% berada di atas rata-rata historis wilayah tersebut. Definisi ini ditetapkan untuk menangkap gambaran yang lebih lokal, alih-alih dalam skala global.

Tahun lalu merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat dan periode yang dikaji dalam laporan ini mencakup sejumlah gelombang panas ekstrem yang melanda berbagai wilayah. Termasuk di dalamnya adalah gelombang panas di Amerika Serikat bagian barat daya pada Juni, kemudian di Eropa selatan pada Juli, serta di Asia Tengah pada Maret tahun ini.

Studi tersebut mengungkap bahwa periode panas ekstrem secara tidak proporsional berdampak pada kelompok rentan, termasuk lansia, komunitas berpenghasilan rendah, dan ibu hamil. Gelombang panas juga berdampak buruk terhadap produktivitas pertanian, ketersediaan air, dan infrastruktur energi.

Dari 247 negara dan wilayah yang dianalisis, wilayah yang mencatat jumlah hari panas ekstrem tertinggi hampir seluruhnya berada di wilayah tropis, dekat dengan garis khatulistiwa.

“Suhu di wilayah tropis cenderung kurang bervariasi dibandingkan dengan wilayah lintang sedang, sehingga tren perubahan iklim lebih terlihat jelas di wilayah tropis,” ujar Clair Barnes, peneliti di Imperial College London dan anggota World Weather Attribution, dikutip dari Bloomberg. Artinya, wilayah tropis kemungkinan besar akan lebih sering mengalami panas ekstrem, tambahnya.

Negara-negara kepulauan kecil menjadi yang paling rentan terhadap risiko iklim dan juga yang paling tidak siap menghadapinya. Wilayah ini mengalami peningkatan hari panas ekstrem yang paling drastis karena, menurut Barnes.

“Laut di sekitar mereka menyimpan panas lebih lama, sehingga suhu tetap tinggi bahkan pada bulan-bulan yang sebelumnya lebih sejuk,” tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper