Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Bersih Perusahaan Asuransi Terkoreksi Imbas Cuaca Ekstrem

Dua perusahaan reasuransi terbesar di dunia asal Jerman kompak membukukan penurunan laba bersih pada kuartal I/2025 akibat kenaikan klaim terkait cuaca ekstrem
Kebakaran yang melanda Eaton Fire, Altadena, Los Angeles, Sabtu (11/1/2025). /REUTERS/Fred Greaves
Kebakaran yang melanda Eaton Fire, Altadena, Los Angeles, Sabtu (11/1/2025). /REUTERS/Fred Greaves

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan reasuransi terbesar di Jerman, Munich Re dan Hannover Re, melaporkan penurunan tajam pada laba kuartal I/2025 menjadi 1,7 miliar euro atau sekitar US$1,89 miliar, imbas klaim terkait kebakaran lahan di Los Angeles awal tahun ini.

Kebakaran hutan tersebut menewaskan hampir 30 orang dan merusak lebih dari 16.000 bangunan, dengan area yang terbakar lebih besar dari kota Paris.

"Kebakaran hutan di California adalah contoh bagaimana perubahan iklim memperburuk risiko yang timbul dari cuaca ekstrem," kata Clemens Jungsthoefel, CEO Hannover Re dikutip dari Reuters, Selasa (13/5/2025).

Meskipun demikian, kedua perusahaan menyatakan tetap mempertahankan proyeksi laba bersih untuk periode 12 bulan pada 2025.

Munich Re, perusahaan reasuransi terbesar di dunia, melaporkan laba bersih sebesar 1,09 miliar euro pada kuartal I/2025. Angka itu turun dari 2,115 miliar euro pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi ini lebih rendah dari estimasi rata-rata para analis sebesar 1,11 miliar euro.

Di tengah koreksi ini, Munich Re tetap mempertahankan proyeksi laba bersih sepanjang 2025 sebesar 6 miliar euro, dari 5,7 miliar euro pada 2024.

Sementara itu, pesaingnya Hannover Re melaporkan penurunan laba sebesar 14% secara tahunan di kuartal I/2025. Penurunan ini sejalan dengan klaim klaim terkait kebakaran hutan yang mencapai 631 juta euro.

Laba kuartalan Hannover turun menjadi 480 juta euro, dari 558 juta euro pada periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut sedikit di atas ekspektasi analis sebesar 447 juta euro.

Perusahaann reasuransi asal Swiss, Swiss Re sebelumnya melaporkan bahwa kerugian yang ditanggung asuransi secara global akibat bencana alam mencapai US$137 miliar atau sekitar Rp2.219 triliun pada 2024.

Angka tersebut melanjutkan tren pertumbuhan tahunan sebesar 5–7% dalam nilai riil, sebagaimana terlihat dalam beberapa tahun terakhir.

Jika tren ini berlanjut, kerugian yang ditanggung oleh asuransi pada 2025 diperkirakan akan mendekati US$145 miliar. Proyeksi ini membuat 2025 menjadi salah satu tahun dengan kerugian asuransi terbesar dalam sejarah.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, sebagian besar kerugian asuransi global tahun ini disebabkan oleh secondary perils atau bencana alam skala kecil dan menengah, khususnya badai konvektif parah (severe convective storms/SCS). Meski demikian, risiko utama seperti siklon tropis dan gempa bumi tetap memiliki potensi kerugian terbesar.

Hal ini tercermin dalam lima "tahun puncak kerugian" dalam tiga dekade terakhir, di mana kerugian tahunan jauh melampaui tren. Salah satu contohnya adalah pada 2017 ketika badai Harvey, Irma, dan Maria menyebabkan kerugian global 111% di atas rata-rata tahunan.

Swiss Re mencatat bahwa kebakaran lahan yang melanda Los Angeles pada awal tahun ini menjadi salah satu penyumbang kerugian terbesar, dengan nilai kerugian asuransi diperkirakan mencapai US$40 miliar.

“Risiko mendasar terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan populasi, serta perluasan kawasan urban termasuk di area yang rentan terhadap bencana alam. Di samping itu, dampak perubahan iklim turut memperparah kerugian, terutama pada jenis cuaca ekstrem di wilayah tertentu,” tulis Swiss Re dalam laporannya.

Jika mencakup kerugian yang tidak diasuransikan, total kerugian akibat bencana alam pada 2024 mencapai US$318 miliar, naik dari US$292 miliar pada 2023 dan jauh di atas rata-rata jangka panjang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper