Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DBS: Penghasil Emisi Perlu Diberi Ruang untuk Dekarbonisasi

DBS yang menaikkan pendanaan terkait iklimnya menilai upaya dekarbonisasi industri perlu dilakukan bertahap
Asap hasil pembakaran pembangkit batu bara yang menyumbang hampir separuh pasokan energi di Asia Pasifik. /Bloomberg-Taylor Weidman
Asap hasil pembakaran pembangkit batu bara yang menyumbang hampir separuh pasokan energi di Asia Pasifik. /Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA — Kreditur terbesar di Asia Tenggara DBS Group Holdings Ltd. menyebutkan bahwa penghasil emisi besar membutuhkan dukungan untuk mengembangkan rencana yang kredibel dalam mengurangi emisi, alih-alih ditekan dengan tuntutan reformasi yang tidak realistis.

“Kita perlu memberikan ruang bagi semua pihak untuk mengembangkan rencana transisi,” kata Helge Muenkel, Kepala Keberlanjutan DBS, dalam wawancara di sela-sela konferensi Ecosperity Week di Singapura, dikutip dari Bloomberg, Rabu (7/5/2025).

Batu bara masih menjadi kontributor hampir separuh dari total pasokan energi di kawasan Asia Pasifik. Sementara itu, sektor seperti pelayaran dan produksi baja masih menghadapi kendala dalam melakukan dekarbonisasi secara cepat.

Sebelumnya, DBS telah memperingatkan bahwa emisi yang terkait dengan nasabahnya mungkin meningkat dalam jangka pendek. Hal ini dipengaruhi oleh upaya bank untuk mengarahkan lebih banyak pendanaan guna mempercepat pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara. 

Selain itu, DBS juga tengah mengarahkan pendanaan untuk pengembangan rantai pasokan mineral penting dan produk lain yang dibutuhkan untuk teknologi hijau seperti kendaraan listrik.

Bank-bank di Eropa kini menghadapi tekanan baru untuk tetap berkomitmen pada target iklim yang ketat. Seiring dengan hal ini, Barclays Plc dan Standard Chartered Plc pada pekan ini akan menghadapi tuntutan dari investor untu mempercepat pembiayaan energi bersih.

Muenkel mengatakan bahwa DBS akan tetap meminta pertanggungjawaban nasabah atas upaya transisi mereka. DBS sendiri telah menaikkan komitmen pembiayaan berkelanjutan dari 70 miliar dolar Singapura pada 2023 menjadi 89 miliar Singapura pada akhir 2024.

“Kekhawatiran benar-benar datang ketika nasabah tidak menunjukkan keinginan kuat untuk maju, bahkan setelah berdiskusi. Dalam situasi tersebut, kami akan mempertimbangkan pemutusan hubungan atau kerja sama,” kata Muenkel.

DBS tercatat masih memilih menjadi anggota Net-Zero Banking Alliance, aliansi sektor keuangan untuk iklim yang ditinggalkan oleh bank-bank jumbo Wall Street dan sejumlah pemberi pinjaman di Asia.

“Kami menyukai aksi kolektif, kami menyukai platform yang mendorong kolaborasi. Hal ini terbukti membantu,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper