Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPO Raksasa Pengolahan Daging di Wall Street Tuai Kritik Kelompok Lingkungan

JBS, perusahaan pengolahan daging terbesar di dunia asal Brasil, menuai kritik dari kelompok lingkungan atas rencana IPO-nya di Wall Street
Salah satu pabrik pengolahan daging milik JBS di Rio Grande do Sul, Brasil. /Reuters-Diego Vara
Salah satu pabrik pengolahan daging milik JBS di Rio Grande do Sul, Brasil. /Reuters-Diego Vara

Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) perusahaan pengolahan daging terbesar di dunia, JBS, di Bursa Efek New York (New York Stock Exchange/NYSE) menuai protes dan kritik tajam dari kelompok lingkungan dan aktivis hak hewan.

Dalam berbagai pernyataan setelah JBS Brasil mengumumkan pada 22 April 2025 bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) telah menyetujui rencana pencatatan ganda perusahaan, aktivis lingkungan dan kelompok hak-hak hewan melancarkan kampanye untuk mengecam keputusan tersebut.

Mereka menyoroti penyelidikan pidana yang melibatkan JBS atau pemiliknya baik di Brasil maupun AS. Para aktivis juga menyatakan kekhawatiran terkait keterlibatan JBS dalam deforestasi Amazon, serta kontribusi besar perusahaan sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca melalui operasionalnya.

“Melihat rekam jejak panjang perusahaan ini dalam tindakan ilegal dan korup, sulit membayangkan bagaimana SEC bisa yakin bahwa JBS tidak akan menipu investor AS,” kata Glenn Hurowitz, CEO organisasi advokasi Mighty Earth yang berbasis di Washington D.C., seperti dikutip Reuters, Sabtu (3/5/2025).

JBS tercatat terlibat dalam skandal suap besar pada 2017 yang mengguncang lanskap politik dan ekonomi Brasil.

Di AS, perusahaan dan pihak terkait dijatuhi denda jutaan dolar pada 2020 atas kasus korupsi di Brasil dan suap terkait akuisisi Pilgrim’s Pride, salah satu perusahaan daging terkemuka AS, pada 2009.

Anggota parlemen AS juga menyuarakan kekhawatiran atas pencatatan tersebut serta rekam jejak kriminal dan lingkungan JBS. Sementara itu, SEC tidak menanggapi beberapa permintaan komentar.

JBS menyatakan bahwa pencatatan di AS merupakan peluang investasi yang menarik dan membuka kesempatan lebih luas bagi petani, peternak, karyawan, konsumen, serta komunitas tempat mereka beroperasi.

Perusahaan yang membiayai sebagian ekspansi globalnya lewat penerbitan obligasi internasional itu menegaskan bahwa mereka telah tunduk pada ketentuan pelaporan dan transparansi sesuai Undang-Undang Sekuritas AS tahun 1934 dan hukum federal lainnya selama bertahun-tahun.

Global Witness, organisasi berbasis di London yang menyelidiki keterkaitan industri dengan perubahan iklim, menyebut persetujuan SEC atas pencatatan saham JBS sebagai “bencana” bagi planet dan umat manusia. Kelompok lain menuduh JBS membeli sapi yang digembalakan di lahan hasil deforestasi Amazon.

Dalam pernyataan kepada Reuters, JBS membantah tuduhan tersebut. Mereka mengklaim telah menerapkan kebijakan ketat tanpa toleransi dalam rantai pasok komoditas pertanian, termasuk langkah-langkah antideforestasi yang kuat.

“Memberi izin bagi perusahaan ini untuk mencatatkan sahamnya di bursa saham terbesar dunia menunjukkan kegagalan mendalam dalam sistem regulasi keuangan AS,” kata Global Witness.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper