Bisnis.com, JAKARTA — Terputusnya aliran listrik berkapasitas 15 gigawatt (GW) hanya dalam lima detik membuat sebagian besar wilayah Spanyol dan Portugal lumpuh. Puluhan juta orang dilaporkan belum menerima pasokan listrik yang normal setelah pemadaman massal sejak Senin (28/4/2025) siang tersebut.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez belum mampu memberikan penjelasan mengenai penyebab pemadaman massal yang melanda negaranya, bahkan setelah menggelar rapat darurat berjam-jam bersama operator jaringan listrik Red Electrica SA.
“Apa yang menyebabkan pasokan listrik hilang secara tiba-tiba ini? Itu adalah sesuatu yang hingga kini belum dapat dipastikan oleh para ahli,” kata Sanchez dalam pernyataan resmi pada Senin malam, dikutip dari Bloomberg.
Pemadaman listrik massal seperti ini sejatinya sangat jarang terjadi di Eropa. Namun hal ini sekaligus menunjukkan rapuhnya jaringan listrik benua tersebut, terutama di tengah peralihan besar-besaran menuju energi terbarukan yang cenderung lebih tidak stabil dibandingkan sumber energi konvensional.
Spanyol yang merupakan pelopor pengembangan tenaga surya dan angin di kawasan Eropa, kini menghadapi pertanyaan terkait keputusannya untuk menghentikan operasional pembangkit listrik tenaga nuklir. Energi bertenaga nuklir tercatat masih menyumbang 20% dari bauran listrik Spanyol.
Selain itu, Spanyol juga berencana menutup pembangkit listrik tenaga batu bara terakhirnya tahun ini, sehingga beralih sepenuhnya ke energi terbarukan dengan dukungan pembangkit berbahan bakar gas.
Baca Juga
Lantas, bagaimana bauran energi ketenagalistrikan Spanyol?
Mengutip laporan Red Electrica pada Desember 2024, 56% listrik Spanyol berasal dari energi terbarukan pada 2024, naik 6 poin daripada 2023. Pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau angin, menjadi kontributor energi terbarukan terbesar dengan sumbangan 23%. Kemudian disusul energi nuklir dengan porsi 19% dan panel surya sebesar 17%, seiring dengan produksi yang memecah rekor produksi di angka 45 terawatt hours (TWh).
Produksi energi surya yang besar membuat pembangkit listrik tenaga gas (combined cycle) ke posisi keempat, sementara tenaga air menempati posisi kelima dengan pangsa 13%.
Adapun energi berbasis bahan bakar fosil, yakni pembangkit combined cycle dan batu bara, mengalami penurunan produksi sebesar 24% sepanjang 2024. Produksi listrik dari batu bara anjlok hingga hanya menyumbang 1,1% dai total bauran energi, terendah dalam sejarah Spanyol.
Red Eléctrica memperkirakan bahwa kombinasi pertumbuhan energi terbarukan dan penurunan energi fosil ini akan membuat sekitar 77% produksi listrik Spanyol berasal dari sumber bebas emisi pada akhir 2024.
Selain itu, 2024 diprediksi menjadi tahun dengan emisi karbon (CO₂) ekuivalen terendah dari sektor kelistrikan, yakni 27 juta ton CO₂ ekuivalen, turun lebih dari 16,4% dibandingkan 2023.