Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden COP30 Berharap China Tetapkan Target Iklim Ambisius

China diyakini sedang mengembangkan kontribusi yang sangat ambisius terkait target iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Ekonomi hijau dan transisi energi/ilustrasi
Ekonomi hijau dan transisi energi/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden COP30 Andre Correa do Lago berharap China akan menetapkan target yang ambisius dan membantu memberikan kontribusi dalam target iklim. Hal ini sangat penting usai AS keluar dari perjanjian Paris.

Dia meyakini China sedang mengembangkan kontribusi yang sangat ambisius terkait target iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca. 

“China dan sebagian besar negara lain melewatkan tenggat waktu Februari untuk mengajukan Nationally Determined Contribution (NDC) yang akan menetapkan tujuan terkait iklim hingga 2035, tak lama setelah Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari upaya internasional untuk memperlambat pemanasan global,” ujarnya dilansir Bloomberg, Senin (21/4/2025). 

Sebagai pimpinan COP30 yang akan diselenggarakan Brasil akhir tahun ini, Lago akan mengemban tanggung jawab untuk memimpin negosiasi iklim global dan menetapkan agenda konferensi.

Dalam menghadapi pertentangan Trump terhadap iklim dan upayanya untuk mengatur ulang perdagangan global melalui tarif, lebih penting dari sebelumnya untuk mendukung sistem multilateral seperti COP dan Organisasi Perdagangan Dunia. Saat ini, fokus dunia terhadap perang dan sengketa perdagangan.

“Brasil dan China ingin mempertahankan sistem multilateral, baik dalam perdagangan, perubahan iklim, atau apa pun. Kami yakin itu adalah cara paling efektif untuk menyelesaikan masalah internasional,”

Dia bertemu dengan pejabat China termasuk dari kementerian lingkungan hidup dan luar negeri dan berdiskusi terbuka tentang tantangan yang dihadapi negara-negara tersebut dalam memerangi perubahan iklim.

Menurutnya, China adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Meskipun telah meluncurkan kendaraan listrik dan panel surya terdepan di dunia, namun China harus bergantung pada pembakaran batu bara yang semakin banyak untuk menggerakkan ekonominya yang haus energi.

“Hal itu mungkin berubah, karena konsumsi bahan bakar pembangkit listrik tersebut melambat tahun lalu dan turun tajam pada kuartal pertama tahun ini,” katanya. 

Lago mengakui perjuangan China untuk menghentikan penggunaan batu bara. Dia memuji negara tersebut karena membangun solusi teknologi untuk melawan perubahan iklim. China dapat menjadi pelajaran bagi negara lain bahwa transisi energi dapat mendatangkan manfaat ekonomi. 

“Setiap negara harus menganalisis transisinya dalam konteks menjaga stabilitas ekonomi dan kemungkinan pertumbuhannya. Yang penting adalah bagaimana kita akan mempercepatnya berkat teknologi baru dan kebijakan baru, dan mendatangkan hasil positif,” ucapnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper