Bisnis.com, JAKARTA — Pengembang Farpoint dan Asia Green Real Estate berkomitmen dalam mengembangkan proyek properti hijau yang berkelanjutan. Terlebih, industri real estat menyumbang sekitar 30% terhadap emisi karbon.
Adapun Farpoint dan Asia Green Real Estate mengembangkan apartemen Verde Two di kawasan segitiga emas Kuningan Jakarta Selatan. Apartemen tersebut meraih tingkat sertifikasi tertinggi Excellence in Design for Greater Efficiencies (edge) zero carbon. Edge merupakan sistem sertifikasi bangunan hijau yang diakui secara internasional dan dikembangkan oleh International Finance Corporation (IFC), anggota Grup Bank Dunia.
CEO Farpoint Tatang Widjaja mengatakan status edge zero carbon ini akan memberikan manfaat signifikan bagi para penghuni unutk menikmati pengurangan biaya utilitas dan lingkungan hidup yang lebih sehat. Diraihnya sertifikasi edge zero carbon ini menjadi preseden bagi praktik properti berkelanjutan di Indonesia, sejalan dengan target pengurangan karbon nasional dan global, serta berkontribusi pada visi Indonesia bebas emisi karbon pada 2060.
“Verde Two menjadi kompleks hunian tinggi pertama di Indonesia yang meraih sertifikasi edge zero carbon. Pencapaian ini mencerminkan komitmen kami yang tak tergoyahkan terhadap keberlanjutan dan memberikan pengalaman hidup yang unggul serta ramah lingkungan bagi para penghuni kami,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (5/2/2025).
Dalam membangun apartemen tersebut, pihaknya menggunakan sejumlah teknologi ramah lingkungan seperti advanced insulation teknologi double low e glass yang menahan paparan sinar ultaviolet (UV) masuk ke dalam unit apartemen.
Selain itu, penggunaan AC variable refrigerant volume (VRV) dengan Coeffisien of Performance (CoP) yang tinggi sehingga AC lebih efisien. AC tersebut juga menggunakan teknologi double filtration PM 2,5. Ditambah lagi dengan penggunaan lampu LED yang hemat energi.
Baca Juga
Untuk penghematan air, pengembang menggunakan high efficient water fixture. Selain itu juga menggunakan material yang ramah lingkungan atau lower in embodied carbon.
Menurutnya, penerapan teknologi dan material ramah lingkungan pada apartemen Verde Two membuat biaya konstruksi menjadi lebih tinggi sebesar 20%. Pasalnya, material menggunakan standar hijau tertentu.
“Namun, hal ini juga menguntungkan pihak konsumen. Untuk implementasi teknologi bangunan hijau ini ada incremental cost sekitar 20% dari biaya konstruksi,” katanya.
Tatang menerangkan dalam membangun apartemen yang mengusung zero carbon ini memiliki tantangan tersendiri yakni terkait dengan biaya awal yang lebih tinggi untuk teknologi hijau. Namun demikian, biaya tersebut dapat diimbangi dengan efisiensi operasional dalam jangka panjang.
Tantangan lainnya yakni terkait ketersediaan material dan teknologi ramah lingkungan di pasar lokal masih terbatas sehingga beberapa harus diimpor dari luar negeri.
“Kesadaran pasar yang masih berkembang, meskipun tren properti hijau terus meningkat. Proses sertifikasi yang kompleks, membutuhkan kepatuhan terhadap standar internasional serta audit energi yang ketat,” ucapnya.
Dia menilai untuk mendorong pembangunan properti berkonsep hijau dan berkelanjutan, pemerintah diharapkan dapat memberikan keringanan pajak berupa pajak penghasilan (PPh) final dan pajak bumi bangunan (PBB) bagi properti yang bersertifikat hijau.
Pemerintah dapat memberikan insentif berupa subsidi teknologi hijau seperti panel surya atau sistem pengelolaan air yang efisien. Lalu juga dapat diberikan kemudahan perizinan bagi proyek properti yang mengadopsi konsep ramah lingkungan.
“Insentif pembiayaan dari lembaga keuangan berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) juga diperlukan,” tutur Tatang.
Managing Partner Asia Green Real Estate Alex Buechi menambahkan saat ini kalangan perbankan mulai banyak memberikan pembiayaan hijau pada sektor properti.
“Untuk KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) tentu lebih banyak benefit karena ada gimmick tambahan, bank sudah sadar akan program pembiayaan hijau,” ujarnya.
Dia menilai sertifikasi edge zero carbon pada Verde Two merupakan bukti nyata dalam menciptakan nilai melalui investasi properti berkelanjutan.
“Kami percaya bahwa bangunan hijau tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya. Dengan sertifikasi edge zero carbon, Verde Two menjadi tolok ukur bagi bangunan hijau di kawasan ini,” katanya.
Dia meyakini ke depannya masyarakat akan tergerak untuk membeli hunian dengan konsep ramah lingkungan. Hal in karena pertimbangan biaya bulanan yang lebih rendah.
“Saat ini tingkat okupansi atau keterisian Verde Two mencapai 70%,” ucap Alex.
Untuk diketahui, Farpoint merupakan anak perusahaan dari Gunung Sewu Group yang selama 30 tahun mengembangkan properti residensial, komersial, perhotelan, ritel, dan manajemen aset. Asia Green Real Estate merupakan pengelola aset yang sepenuhnya teregulasi dan berspesialisasi dalam investasi properti berkelanjutan di Asia. Portofolio properti perusahaan ini telah tersertifikasi dengan GRESB dan seluruh properti memiliki label bangunan hijau yang diakui secara global.