Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Panas Bumi, Perusahaan Pelat Merah Masih Mendominasi

Pemanfaatan energi yang terkandung di perut bumi tersebut baru sebesar 11% dan masih didominasi oleh perusahaan pelat merah.
Ilustrasi petugas PLN Indonesia Power melakukan pengecekan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat/Dok. PLN
Ilustrasi petugas PLN Indonesia Power melakukan pengecekan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat/Dok. PLN

Bisnis.com, JAKARTA - Investor punya peluang besar mengeksplorasi panas bumi (geothermal) Tanah Air yang potensinya menembus 24 gigawatt (GW). Saat ini, pemanfaatan energi yang terkandung di perut bumi tersebut baru sebesar 11% dan masih didominasi oleh perusahaan pelat merah

Berdasarkan data Kementerian ESDM, kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi (PLTP) di Indonesia mencapai 2,6 GW, dan menjadikannya yang tertinggi ke-2 di dunia. 

Angka tersebut naik sekitar dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Kapasitas listrik PLTP tersebut mencakup 18,5% total kapasitas listrik EBT nasional atau 3% dari total kapasitas listrik di Indonesia.

Adapun dari total kapasitas pembangkit geothermal yang beroperasi, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dan 1 penugasan dengan total kapasitas terpasang sebesar 1,87 GW. 

Dari data tersebut, tampak jelas bahwa eksploitasi energi panas bumi masih didominasi perusahaan pelat merah. Kondisi ini, bisa dimanfaatkan perusahaan swasta untuk mengeksplorasi potensi panas bumi yang ada. 

Ruang tersebut pun terbuka. Tahun lalu, Kementerian ESDM telah memutuskan pemenang lelang 7 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dan Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (WPSE) dengan total kapasitas energi geothermal sebesar 320 megawatt (MW). Pemenangnya, datang dari sektor swasta, seperti Medco Energi dan EDC Indonesia (perusahaan energi asal Filipina). 

Besarnya potensi panas bumi Tanah Air telah mendapatkan perhatian internasional, terutama lewat dukungan pembiayaan. Belum lama ini, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) mengucurkan pembiayaan sebesar US$92,6 juta dolar AS atau sekitar Rp1,51 triliun untuk memajukan energi listrik panas bumi Indonesia melalui perluasan fasilitas panas bumi di Muara Laboh di Sumatra Barat.

Melansir Antara, pembiayaan itu dilakukan lewat kerja sama dengan PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) untuk memperluas fasilitas panas bumi, serta dukungan dalam konstruksi, operasi, dan pemeliharaan pembangkit listrik tenaga panas bumi berkapasitas 83 megawatt (MW) yang baru.

Sejak 2013, ADB telah memanfaatkan pengalamannya yang mendalam untuk membiayai empat transaksi panas bumi di Indonesia.

ADB menunjukkan komitmen kuatnya untuk sektor panas bumi Indonesia dengan mendukung operasi pembiayaan sektor swasta bagi sejumlah proyek, termasuk Muara Laboh Tahap 1, Rantau Dedap, dan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla.

ACFP adalah fasilitas pembiayaan campuran yang bersifat lunak, yang dikelola oleh ADB dan didanai oleh Pemerintah Australia. Fasilitas pembiayaan ini berupaya menjadi katalis bagi pembiayaan sektor swasta dalam investasi untuk adaptasi dan mitigasi iklim di Pasifik dan Asia Tenggara. 

Tidak hanya itu, perusahaan energi bersih yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), yakni Masdar, berambisi untuk menjadikan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sebagai pemain di pasar internasional untuk pemanfaatan energi panas bumi.

Saat ini, Masdar memiliki saham 14,95% di PGEO. Dengan begitu, menjadikan PGEO sebagai destinasi pertama bagi Masdar untuk berinvestasi di bidang panas bumi di Indonesia.

“Kami bekerja sama dengan mitra kami untuk melihat bagaimana kami bisa memanfaatkan pengalaman kami untuk membawa Pertamina, dari pemain lokal dalam hal pemanfaatan energi panas bumi, menjadi pemain internasional,” ujar Chief Operating Officer (COO) Masdar Abdulaziz Alobaidli dikutip Antara, Selasa (14/1/2025). 

Pengembangan panas bumi tidak semata-mata mendorong keamanan energi dalam negeri, tetapi juga berkontribusi dalam transisi energi. Merujuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021 - 2030, pengembangan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) dipatok sebesar 3,35 GW, dari total pembangkit EBT yang direncanakan sebesar 20,9 GW. 

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan dalam 10 tahun terakhir, akumulasi investasi Pembangunan PLTP tumbuh signifikan hingga 8 kali lipat dengan total investasi diperkirakan mencapai US$8,7 miliar pada 2024. Selain itu, investasi ini berkontribusi ke negara Rp16 triliun. 

“Pembangunan PLTP tersebut telah menciptakan hampir 900.000 lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak hanya dampak ekonomi, PLTP juga telah berkontribusi untuk mengurangi 17,4 juta ton emisi CO2 per tahun di Indonesia," jelas Bahlil.

Memasuki 2025, banyak target yang dicanangkan di sektor panas bumi nasional. Misalnya saja, perencanaan RUPTL 2025 - 2034, yang akan merangkum rencana pengembangan pembangkit hingga 71 GW, dengan komposisi EBT lebih dari 70%. Pertanyaannya, seberapa besar potensi panas bumi yang akan dikembangkan?

Di sisi lain, kabar baik datang dari pengembangan PLTP Lumut Balai Unit II, Sumatra Selatan. Pertamina New & Renewable Energy (NRE) menyampaikan commissioning operation date (COD) PLTP tersebut berlangsung pada April menjadi tonggak pencapaian menuju 1 GW panas bumi. Dengan beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit II pada April nanti, lanjut dia, maka terdapat tambahan kapasitas sebesar 55 megawatt (MW).

“Lumut Balai Unit II itu salah satu milestone untuk pengembangan kami ke arah 1 gigawatt (GW), sebelum akhirnya ke 3 GW,” ucap Chief Executive Officer (CEO) PT Pertamina New & Renewable Energy (NRE) John Anis dikutip Antara. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper