Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten EBT Lanjut Ekspansi pada 2025, dari Pertamina Geothermal (PGEO) hingga Barito Renewables (BREN)

Emiten EBT tercatat melanjutkan aksi ekspansi melalui penambahan kapasitas dan eksekusi proyek-proyek baru
Foto aerial salah satu lokasi PLTS ground-mounted terbesar di Indonesia dengan kapasitas 100 megawatt peak (MWp) di Kawasan Industri Kota Bukit Indah, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat/Dok. PLN
Foto aerial salah satu lokasi PLTS ground-mounted terbesar di Indonesia dengan kapasitas 100 megawatt peak (MWp) di Kawasan Industri Kota Bukit Indah, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat/Dok. PLN

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten yang bergerak di sektor energi baru terbarukan (EBT) melanjutkan aksi ekspansif untuk 2025. Aksi ini ditempuh dengan penambahan kapasitas maupun eksekusi proyek-proyek baru.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO)

Entitas anak PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), memulai proyek eksplorasi panas bumi di wilayah Gunung Tiga. Dimulainya proyek ini ditandai dengan kick-off di rencana lokasi wellpad sumur eksplorasi di Kecamatan Ulubelu, Tanggamus, Lampung pada Rabu (17/12/2024).

Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGEO Edwil Suzandi mengatakan proyek ini dilakukan untuk membuktikan potensi cadangan energi panas bumi sebesar 55 Megawatt (MW) di wilayah tersebut. Cadangan energi ini diharapkan dapat menjadi sumber baru energi bersih dan berkontribusi pada target transisi energi menuju net zero emission (NZE) pada 2060.

“Kami optimistis eksplorasi ini akan membuktikan cadangan sekitar 55 MW,” kata Edwil dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Senin (23/12/2024).

Pada 2025, PGEO telah menyiapkan belanja modal (capex) dengan alokasi sekitar US$300 juta untuk mendukung berbagai program pengembangan dan proyek strategis.

PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO)

Entitas United Tractors di bidang pembangkit listrik tenaga air (PLTA), PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO), menargetkan pertumbuhan kinerja pada 2025 seiring dengan dimulainya operasional secara komersial proyek pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah pada Oktober 2024.

ARKO menargetkan posisi laba akhir 2024 bisa mencapai Rp52,5 miliar atau naik 34% dari realisasi pada 2023. Head of Investor Relations Arkora Hydro Nicko Yosafat menuturkan target laba bersih itu ditopang oleh pertumbuhan pendapatan sampai akhir tahun ini yang diperkirakan menyentuh Rp255,7 miliar atau naik 43% secara tahunan.

Nicko juga menambahkan proyeksi pendapatan dan laba untuk tahun depan bakal didorong sepenuhnya dari proyek Yaentu. Selain itu, terdapat tambahan pendapatan dari proyek Kukusan II dengan kapasitas setrum 2x2,7 MW, yang ditarget COD pada kuartal III/2025.

ARKO telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp200 miliar untuk konstruksi Proyek Kukusan dan Proyek Tomoni. 

“Kami targetkan ketiga proyek yang tengah berjalan sekarang serta Proyek Kukusan dan Proyek Tomoni dapat berkontribusi terhadap produksi listrik pada 2026,” kata dia.

PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN)

Emiten Prajogo Pangestu turut membidik perluasan kapasitas bisnis EBT-nya. Direktur dan Corporate Secretary PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) Merly mengatakan anak usaha BREN di sektor panas bumi, Star Energy Geothermal, secara konsisten melakukan langkah-langkah operasional strategis untuk meningkatkan kapasitas PLTP di unit Salak, Darajat, dan Wayang Windu melalui program retrofit maupun penambahan unit baru.

Aksi ini berpotensi meningkatkan kapasitas sebesar 116 megawatt yang diharapkan akan mulai beroperasi mulai 2025 sampai dengan 2027.

“Hal ini akan membawa kapasitas panas bumi dari 886 MW saat ini menjadi 1.002 MW nantinya,” kata Merly.

PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA)

Meski mayoritas pendapatannya masih disumbang bisnis batu bara, emiten afiliasi Pandu Sjahrir, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA), mengestimasi perubahan signifikan dalam struktur earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) perusahaan pada 2025.

Hal ini sejalan dengan dimulainya operasi komersial dua proyek pembangkit listrik EBT dan divestasi dua aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

“Dari sekarang per tahun ini, mungkin 98% kontributor EBITDA itu adalah PLTU dan pertambangan, tahun depan akan berubah cukup signifikan,” kata SVP Corporate Strategy & Investor Relations TBS Nafi Sentausa, Jumat (20/12/2024).

Dia memperkirakan kontribusi EBITDA pada 2028 akan berimbang antara pendapatan berbasis bisnis nonbatu bara dengan batu bara.

Nafi mengatakan proyek EBT pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH) Sumber Jaya di Lampung Barat berkapasitas 2x3 megawatt (MW) dan pembangkit listrik tenaga surya terapung Tembesi di Batam dengan kapasitas 46 megawatt peak (MWp) akan beroperasi mulai 2025.

Dia mengatakan kontrak jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) untuk dua proyek itu relatif menarik. Operasi komersial dua proyek ini juga diharapkan dapat berkontribusi signifikan pada pendapatan TOBA, seiring dengan rencana peralihan ke bisnis nonbatu bara.

TOBA juga menargetkan transaksi divestasi dua PLTU-nya rampung pada kuartal I/2025 setelah para pemegang saham menyetujui pelepasan PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) lewat rapat umum pemegang saham independen dan luar biasa (RUPSLB), Kamis (14/11/2024).

“Kami masih menunggu persetujuan dari PLN, kemungkinan tahun depan kuartal I/2025,” kata Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina saat ditemui di Jakarta, Jumat (20/12/2024).

Adapun, pembeli dari dua aset PLTU yang dikelola MCL & GLP adalah PT Kalibiru Sulawesi Abadi (KSA), yang berafiliasi dengan Hilmi Panigoro dan Benny Setiawan.

“Kami akan menerima US$144,8 juta untuk dua PLTU tadi,” kata Juli.

TOBA akan menerima hasil penjualan dalam bentuk kas yang lebih tinggi dibandingkan total modal yang ditanamkan untuk pembangunan kedua PLTU tersebut yakni US$87,4 juta.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper