Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) melaporkan kemungkinan lebih dari 50% terjadinya fenomena iklim La Niña dalam tiga bulan mendatang.
Sebagaimana dilaporkan Reuters, fenomena La Niña ke depan diperkirakan berkekuatan lemah dan berlangsung singkat. Fenomena ini ditandai dengan penurunan suhu permukaan laut dan berpotensi menghentikan tren rekor suhu tinggi global yang mencapai puncaknya pada November 2024.
Perkiraan yang dilakukan WMO menunjukkan kemungkinan transisi ke La Niña mencapai 55% antara Desember 2024 dan Februari 2025. Angka ini sedikit menurun dari proyeksi 60% yang dirilis WMO pada September.
"Kalaupun fenomena La Niña muncul, dampak pendinginannya yang bersifat jangka pendek tidak akan cukup untuk mengimbangi efek pemanasan dari gas rumah kaca yang mencetak rekor,” ujar Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada November 2024 melaporkan bahwa Indonesia tengah menghadapi fenomena masuknya musim hujan yang bersamaan dengan La Nina Lemah. Hal ini mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen mulai November 2024 sampai Maret atau April 2025.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan fenomena La Nina berpotensi mengakibatkan berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung.
Baca Juga
Dwikorita mengemukakan beberapa faktor utama yang mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia pada 2025 adalah penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia. Penyimpangan suhu di wilayah ini berhubungan erat dengan fenomena La Nina Lemah, yang berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia. Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga mempengaruhi distribusi hujan di wilayah Indonesia.
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan lautan, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, dengan jumlah berkisar antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun.
Sebanyak 67% wilayah Indonesia diprediksi menerima curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun atau kategori tinggi, meliputi sebagian besar Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau bagian barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Lampung bagian utara, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, serta sebagian besar wilayah Papua.
Sementara itu, 15% wilayah diprediksi mengalami curah hujan di atas normal, termasuk sebagian kecil Sumatra, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku, dan Papua bagian tengah. Di sisi lain, 1% wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan di bawah normal, seperti di Sumatra Selatan bagian barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara.