Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah China untuk pertama kalinya menetapkan mandat penggunaan energi terbarukan bagi industri dengan intensitas karbon tinggi, seperti baja, semen, polisilikon, serta sejumlah pusat data.
Menurut pernyataan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) pada Jumat (11/7/2025), mandat yang dikenal sebagai renewable portfolio standards (RPS) ini menetapkan target persentase konsumsi listrik yang harus berasal dari sumber energi terbarukan, dengan rincian berbeda untuk tiap provinsi.
Sebelumnya, ketentuan RPS hanya berlaku bagi perusahaan yang terlibat dalam perdagangan listrik dan industri aluminium elektrolitik, ujar David Fishman, analis utama di Lantau Group, dalam unggahan daring.
“Secara sederhana: industri berat wajib membeli energi hijau,” tulis Fishman mengenai regulasi baru tersebut, dikutip dari Reuters.
Pusat data baru yang dibangun di wilayah national hub nodes diwajibkan menggunakan setidaknya 80% listrik hijau. Sementara itu, target untuk sektor industri lainnya ditentukan berdasarkan lokasi geografis.
Menurut Yan Qin, analis utama di ClearBlue Markets, target RPS ini menjadi perhatian pelaku pasar karena digunakan sebagai acuan dalam menghitung volume pembangkitan listrik terbarukan yang akan dimasukkan dalam skema contract for difference (CfD) yang tengah diterapkan di China. Skema ini merupakan langkah menuju penetapan harga energi terbarukan berbasis pasar.
Baca Juga
Dalam skema CfD tersebut, pemerintah akan memberi kompensasi kepada produsen listrik apabila harga pasar turun di bawah tingkat harga yang telah ditetapkan.
Target untuk industri non-pusat data dibagi lagi antara pembangkitan terbarukan dari tenaga air (hidro) dan non-hidro. Untuk 2025, provinsi Yunnan yang kaya pembangkit tenaga air ditetapkan target tertinggi sebesar 70%, sedangkan Fujian memiliki target terendah sebesar 24,2%.
Target untuk energi non-hidro mencapai maksimal 30% di provinsi yang memiliki kapasitas besar untuk energi angin dan surya seperti Mongolia Dalam, Gansu, dan Qinghai. Sementara itu, target energi non-hidro sebesar 10,8% ditetapkan untuk Chongqing yang wilayahnya bergunung.
Pemerintah juga merilis target untuk 2026 sebagai bagian dari rencana tersebut, dengan peningkatan beberapa poin persentase setiap tahunnya.